Buku
ini adalah buku karya Hanum Salsabiela Rais dan suaminya Rangga Almahendra yang
merupakan kelanjutan dari bukunya yang berjudul 99 Cahaya di Langit Eropa. Buku
ini menceritakan tentang perjalanan keduanya di Amerika. Hanum harus mencari
liputan untuk membuat artikel luar biasa yang akan diterbitkan di koran tempat
dia bekerja yang terancam ditutup. Dia harus menulis artikel yang berjudul
“Akankah dunia lebih baik tanpa Islam?”. Awalnya dia menolak tawaran itu,
karena dia tidak ingin mengkhianati keyakinannya sendiri. Tapi tiba2 dia
berubah pikiran, dia tidak ingin tawaran itu diambil orang lain yang pada
akhirnya membuat jawaban dari pertanyaan itu menjadi “iya”, dia ingin agar
jawaban dari pertanyaan itu adalah “tidak”. Akhirnya dia putuskan untuk
mengambil tawaran itu dan dia putuskan berangkat ke Amerika untuk bertemu
dengan para narasumber yang merupakan keluarga korban peristiwa 11 September.
Sedangkan Rangga harus mempresentasikan penelitiannya di salah satu konferensi
dan dia juga dimintai tolong profesornya untuk bisa meyakinkan seorang
filantropi Philipus Brown yang juga hadir dalam konferensi itu untuk bisa
memberikan seminar di kampus Rangga.
Tapi
sayangnya tujuan Hanum dan Rangga berbeda. Hanum harus meliput di New York
sedangkan Rangga harus mengikuti konferensi di Washington DC. Mereka hanya
punya waktu singkat di Amerika. Hanum sangat fokus untuk menyelesaikan
liputannya sedangkan Rangga ingin perjalanannya ke Amerika juga menjadi liburan
untuk mereka berdua. Karena itulah menyebabkan Hanum belum juga bisa menemukan
narasumber yang dicarinya setelah 2 hari disana. Hanum marah pada Rangga dan
akhirnya Hanum memutuskan untuk mencari narasumbernya sendiri dan berjanji akan
bertemu dengan Rangga lagi di stasiun menuju Washington DC. Tapi sepertinya
ujian dari Tuhan menimpa mereka. Hanum meliput demonstrasi tiap 11 September
yang menentang berdirinya Masjid Ground Zero yang berdekatan dengan lokasi
kejadian WTC. Hanum berusaha mewawancarai pemimpin rombongan demonstran itu
yang bernama Jones tapi tiba2 demonstrasi menjadi ricuh dan dia terjebak dalam
pusaran demonstrasi. Dia terjatuh, tersiram alkohol dan handphonenya pun
terjatuh dan hancur. Dia bingung bagaimana harus menghubungi Rangga. Pun juga
dengan Rangga yang kebingungan karena tak bisa menghubungi istrinya.
Di
tengah kondisi Hanum yang sangat memprihatinkan dia berusaha menuju Masjid
Ground Zero untuk bisa sekedar beristirahat. Ternyata di masjid itulah dia
bertemu dan ditolong oleh seorang perempuan yang bernama Julia Collins yang
ternyata adalah petugas museum yang sebelumnya dia temui untuk menanyakan letak
masjid itu. Akhirnya Julia Collins inilah yang membantunya dan mengajaknya
untuk menginap di rumahnya. Julia ini adalah seorang muallaf yang harus menyembunyikan
identitas muslimnya setelah kejadian 11 September itu, bahkan kepada ibunya
sekalipun.
Selama
menginap di rumahnya Julia banyak bercerita tentang suaminya yang merupakan
korban 11 September. Julia juga banyak bercerita tentang sejarah Amerika dan
peninggalan Islam di Amerika. Begitupun Jones yang istrinya juga merupakan
korban 11 September juga menjadi narasumber untuk liputan Hanum, tapi Jones dan
Julia berbeda posisinya. Tak disangka sebenarnya Julia dan Jones ini adalah
narasumber yang direkomendasikan oleh atasan Hanum yang sebelumnya diragukan,
tapi justru dari mereka berdua inilah Hanum mendapatkan segala informasi untuk
liputannya.
Di
sisi lain Rangga yang mendapatkan tugas untuk meyakinkan Philipus Brown, pada
awalnya sangat susah sekali. Brown selalu hanya tersenyum saja ketika diajak
Rangga. Berkali2 dia menghubungi lewat pesan singkat ataupun lewat surel tapi
tak satupun yang dibalas. Dia sudah sangat bingung karena berkali-kali
profesornya menelponnya untuk menanyakan apakah dia sudah berhasil meyakinkan
Philipus Brown. Akhirnya dia punya ide untuk meyakinkan Philipus Brown untuk
yang terakhir kalinya dan ternyata ide itu pun berhasil. Dia mendapatkan 5 free
pass dari Brown untuk menghadiri acara CNN TV Heroes dimana Brown akan memberikan
pidatonya di acara itu sebagai salah saru kandidat penerima award. Saat itu
Rangga meminta Hanum untuk mengajak Julia bersama ibu dan putrinya. Lagi2 ada
kejadian tak terduga saat acara itu. Brown bercerita kalau suami Julia adalah
pahlawan yang telah menyelamatkan nyawanya dari peristiwa 11 September itu,
sedangkan istri Jones adalah rekan kerjanya yang juga diselamatkan oleh suami
Julia tapi karena sudah tak tahan dia memutuskan untuk menjatuhkan dirinya dari
lantai 50. Brown sangat berhutang budi dengan suami Julia. Jones yang pada
awalnya sangat membenci Islam, yang image-nya telah dihancurkan oleh sejumlah
oknum, menjadi tersadar dan tak lagi membenci Islam.
Mungkin
itu adalah sepenggal kutipan singkat dari novel yang berjudul Bulan Terbelah di
Langit Amerika. Novel yang sangat luar bisaa menyentuh. Novel yang memberikan
informasi yang bisa membuka pikiran kita dan tidak berat sebelah dalam
memandang peristiwa 11 September 2001. Dalam novel ini juga terdapat kutipan2
kata2 indah yang bisa menjad inspirasi dan penyemangat, diantaranya:
1.
Kata
orang, keterbatasan membuat orang kreatif. Keterbatasan membuat orang terpecut
melakukan apapun yang dijalani dengan maksimal. Keterbatasan tak ubahnya
situasi yang dibuat Tuhan untuk membuat kita lebih berjuang. Jika berhasil
melewati keterbatasan itu, buah perjuangan yang kita dapatkan akan lebih
berkesan.
2.
Berjalanlah
dan terus berjalanlah dengan niat kebaikan untuk mengejar restu dari Allah,
bersama orang-orang yang kau cintai, lalu sematkan dalam hati dan pikiranmu
akan perjalanan hidupmu tentang surga yang akan kau gapai. Maka seberat,
sepanjang dan sebesar apapun halangan yang melintangi langkahmu, akan terbuka
dengan sendirinya atas izin-Nya. Ingatlah, Tuhan akan mengirimkan
malaikat-malaikat-Nya yang mempunyai keringanan tangan tak bertepi untuk
menyelamatkanmu manakala kau hendak terpeleset di ujung jurang yang curam.
3.
Ketika
kita merasa kuat, ada kebutuhan menunjukkan diri kita kuat selamanya. Untuk
menunjukkan hal itu, kita harus dikalahkan dulu. Setelahnya, kita akan memberi
pelajaran yang lebih besar, agar lebih meyakinkan menjadi yang paling kuat.
4.
Setiap
pertemuan selalu menyisakan perpisahan, cepat atau lambat. Manusia boleh
mencintai manusia lain, tapi tidak boleh melebihi cintanya pada sang Khalik.
5.
Terkadang
kita memang tak adil pada hidup kita sendiri. Tatkala tiada pilihan, kita
menggerutu. Padahal Tuhan tak memberi pilihan lain karena telah menunjukkan
itulah satu-satunya pilihan terbaik bagi hidup kita.
6.
Tentang
ketimpangan dunia. Rasanya, botol yang kecil terkadang ditutupi dengan penutup
yang kebesaran, sementara botol yang besar ditutupi penutup yang kekecilan.
Andai dunia ini mempertemukan botol kecil dengan penutup kecil dan botol besar
dengan penutup besar, tentu tidak ada kemubaziran. Tentu tidak akan ada
kepincangan.
7.
Betapa
kekayaan justru membuat kita makin kikir dan tak bisa hidup tenang.
8.
Semakin
banyak anda memberikan dolar anda kepada mereka yang membutuhkan, Tuhan Yang
Maha Pemurah akan menambah jumlah dolar anda, dengan berkah. Sebaliknya,
semakin anda kikir, Tuhan mungkin tetap menambah dolar yang anda kumpulkan,
namun ada kepedihan di dalamnya.
9.
Menjadi
kaya bukan ditakar dari banyaknya uang yang dimiliki, namun seberapa banyak
tangan manusia memberi.
10. … semua orang adalah teroris di muka bumi
ini jika tangan mereka menggenggam kekayaan tanpa menyedekahkannya untuk umat
yang terseok-seok kehidupannya. Semua adalah teroris ketika ketamakan terhadap
kekuasaan, kekayaan, harta dan rupa-rupa mengungguli empati dan simpati
terhadap mereka yang kekurangan. Karena pada dasarnya, seseorang yang semakin
kaya tanpa dia sadari akan semakin kikir. Semakin kikir dan semena-mena. Fir’aun adalah bukti
nyatanya, sampai-sampai dia berani mengatakan dirinya Tuhan. Kekikiran dan
kesemena-menaan itu akan membuat kebencian dan kedengkian di kiri dan kanan.
Lalu terbitlah perang yang menyedihkan.
11. Bussiness is love made visible. Membangun bisnis adalah perwujudan cinta yang sebenarnya;
cinta kepada sesama manusia; cinta terhadap alam semesta dan penciptanya. Bussiness profit doesn’t result from what we
get, but from what we give. Keuntungan bisnis bukan berasal dari apa yang
kita peroleh, tapi dari apa yang kita berikan. Ini tak hanya berlaku dalam
dunia bisnis, tapi juga merefleksikan sisi
terbaik manusia. Ya, seni terindah dari sisi kemanusiaan adalah
kedermawanan hati, yang tak menuntut ditilik manusia lain.
12. … rasa kehilangan itu tidak boleh
lebih besar daripada keyakinan tentang scenario Tuhan yang jauh lebih besar dan lebih indah untuk hamba-Nya. Sampai
kapanpun, hingga waktu Tuhan memutuskan kapan tiba memberi kado indah itu.
13. … jika masih ada yang berpikir dunia
ini lebih baik tanpa kehadiran Islam di dalamnya, merekalah para teroris
sesungguhnya.
14. Usaha dan berupaya sekuat raya, dalam
keadaan apapun, hingga Tuhan melihat kesungguhan itu dan mengulurkan
tangan-Nya. Ikhlas terhadap takdir yang telah digariskan Tuhan, setelah usaha
yang maksimal. Harapan besar yang kandas, belum tentu sungguh-sungguh kandas.
Tuhan tak akan mengandaskan impian hamba-Nya begitu saja. Dia tak akan menaruh
kita dalam kesulitan yang tak terperi tanpa menukarnya dengan kemuliaan pada
masa mendatang.
15. Epilog: “Aku” bertanya mengapa
ketegangan dan perbedaan diantara kalian senantiasa dirayakan dan digaungkan
untuk memperuncing, bukan untuk saling bertaaruf? Bukankah Muhammad tidak
pernah mengajari kalian untuk memerangi orang karena berbeda agama? Seingatku,
Musa juga tak pernah mengajakmu membunuh orang-orang Firaun. Inikah akal-akalan
diantara kalian untuk menyenangkan ego dan ketamakan kalian? “Aku” juga ingin
menyampaikan padamu, diantaramu telah ada yang begitu jumawa mengukuhkan diri
melawan Tuhannya. Demi mendapatkan tepuk tangan dan puja-puji dari sesamanya.
Dia menjelma menjadi bagian dari dirimu, keyakinanmu, kekuatanmu, namun dia
sungguh membenci dirinya karena menjadi bagian itu. Dia tidak tahu bahwa yang
dia bela sungguh bertepuk tangan dan bersorak sorai karena mereka berhasil
menancapkan pengkhianat dalam agamamu.
16. Dunia tanpa Islam adalah dunia tanpa
kedamaian. Islam tanpa amalan adalah kehampaan. Amalan tanpa iman adalah
kegelapan.
Sekali
lagi dari buku ini kita telah belajar tentang banyak hal. Belajar untuk saling
menolong dan mencintai sesama manusia tanpa melihat suku, agama dan ras.
Belajar untuk ikhlas menjalankan segala yang terjadi dalam kehidupan kita.
Belajar toleransi dalam beragama. Belajar untuk menjadi orang yang dermawan,
yang punya kebesaran hati untuk menyedekahkan sebagian dari harta yang dititipkan
Allah kepada kita. Belajar untuk bersyukur tanpa mengeluh dan belajar untuk
memiliki kelapangan hati. Dari buku ini kita juga perlu tahu bahwa tidak ada
satupun yang namanya kebetulan di dunia ini karena semuanya adalah skenario
Allah yang telah dirancang dan dipilihkan untuk kita. Dan yang utama adalah
buku ini mengajarkan kita untuk semakin mencintai Allah SWT dan semakin menjadi
hamba yang lebih baik lagi. Semoga kita semua selalu bisa menjadi agen muslim
yang baik…^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar