Rabu, 10 September 2014

Bulan Terbelah di Langit Amerika


Buku ini adalah buku karya Hanum Salsabiela Rais dan suaminya Rangga Almahendra yang merupakan kelanjutan dari bukunya yang berjudul 99 Cahaya di Langit Eropa. Buku ini menceritakan tentang perjalanan keduanya di Amerika. Hanum harus mencari liputan untuk membuat artikel luar biasa yang akan diterbitkan di koran tempat dia bekerja yang terancam ditutup. Dia harus menulis artikel yang berjudul “Akankah dunia lebih baik tanpa Islam?”. Awalnya dia menolak tawaran itu, karena dia tidak ingin mengkhianati keyakinannya sendiri. Tapi tiba2 dia berubah pikiran, dia tidak ingin tawaran itu diambil orang lain yang pada akhirnya membuat jawaban dari pertanyaan itu menjadi “iya”, dia ingin agar jawaban dari pertanyaan itu adalah “tidak”. Akhirnya dia putuskan untuk mengambil tawaran itu dan dia putuskan berangkat ke Amerika untuk bertemu dengan para narasumber yang merupakan keluarga korban peristiwa 11 September. Sedangkan Rangga harus mempresentasikan penelitiannya di salah satu konferensi dan dia juga dimintai tolong profesornya untuk bisa meyakinkan seorang filantropi Philipus Brown yang juga hadir dalam konferensi itu untuk bisa memberikan seminar di kampus Rangga.

Tapi sayangnya tujuan Hanum dan Rangga berbeda. Hanum harus meliput di New York sedangkan Rangga harus mengikuti konferensi di Washington DC. Mereka hanya punya waktu singkat di Amerika. Hanum sangat fokus untuk menyelesaikan liputannya sedangkan Rangga ingin perjalanannya ke Amerika juga menjadi liburan untuk mereka berdua. Karena itulah menyebabkan Hanum belum juga bisa menemukan narasumber yang dicarinya setelah 2 hari disana. Hanum marah pada Rangga dan akhirnya Hanum memutuskan untuk mencari narasumbernya sendiri dan berjanji akan bertemu dengan Rangga lagi di stasiun menuju Washington DC. Tapi sepertinya ujian dari Tuhan menimpa mereka. Hanum meliput demonstrasi tiap 11 September yang menentang berdirinya Masjid Ground Zero yang berdekatan dengan lokasi kejadian WTC. Hanum berusaha mewawancarai pemimpin rombongan demonstran itu yang bernama Jones tapi tiba2 demonstrasi menjadi ricuh dan dia terjebak dalam pusaran demonstrasi. Dia terjatuh, tersiram alkohol dan handphonenya pun terjatuh dan hancur. Dia bingung bagaimana harus menghubungi Rangga. Pun juga dengan Rangga yang kebingungan karena tak bisa menghubungi istrinya.

Di tengah kondisi Hanum yang sangat memprihatinkan dia berusaha menuju Masjid Ground Zero untuk bisa sekedar beristirahat. Ternyata di masjid itulah dia bertemu dan ditolong oleh seorang perempuan yang bernama Julia Collins yang ternyata adalah petugas museum yang sebelumnya dia temui untuk menanyakan letak masjid itu. Akhirnya Julia Collins inilah yang membantunya dan mengajaknya untuk menginap di rumahnya. Julia ini adalah seorang muallaf yang harus menyembunyikan identitas muslimnya setelah kejadian 11 September itu, bahkan kepada ibunya sekalipun.

Selama menginap di rumahnya Julia banyak bercerita tentang suaminya yang merupakan korban 11 September. Julia juga banyak bercerita tentang sejarah Amerika dan peninggalan Islam di Amerika. Begitupun Jones yang istrinya juga merupakan korban 11 September juga menjadi narasumber untuk liputan Hanum, tapi Jones dan Julia berbeda posisinya. Tak disangka sebenarnya Julia dan Jones ini adalah narasumber yang direkomendasikan oleh atasan Hanum yang sebelumnya diragukan, tapi justru dari mereka berdua inilah Hanum mendapatkan segala informasi untuk liputannya.

Di sisi lain Rangga yang mendapatkan tugas untuk meyakinkan Philipus Brown, pada awalnya sangat susah sekali. Brown selalu hanya tersenyum saja ketika diajak Rangga. Berkali2 dia menghubungi lewat pesan singkat ataupun lewat surel tapi tak satupun yang dibalas. Dia sudah sangat bingung karena berkali-kali profesornya menelponnya untuk menanyakan apakah dia sudah berhasil meyakinkan Philipus Brown. Akhirnya dia punya ide untuk meyakinkan Philipus Brown untuk yang terakhir kalinya dan ternyata ide itu pun berhasil. Dia mendapatkan 5 free pass dari Brown untuk menghadiri acara CNN TV Heroes dimana Brown akan memberikan pidatonya di acara itu sebagai salah saru kandidat penerima award. Saat itu Rangga meminta Hanum untuk mengajak Julia bersama ibu dan putrinya. Lagi2 ada kejadian tak terduga saat acara itu. Brown bercerita kalau suami Julia adalah pahlawan yang telah menyelamatkan nyawanya dari peristiwa 11 September itu, sedangkan istri Jones adalah rekan kerjanya yang juga diselamatkan oleh suami Julia tapi karena sudah tak tahan dia memutuskan untuk menjatuhkan dirinya dari lantai 50. Brown sangat berhutang budi dengan suami Julia. Jones yang pada awalnya sangat membenci Islam, yang image-nya telah dihancurkan oleh sejumlah oknum, menjadi tersadar dan tak lagi membenci Islam.

Mungkin itu adalah sepenggal kutipan singkat dari novel yang berjudul Bulan Terbelah di Langit Amerika. Novel yang sangat luar bisaa menyentuh. Novel yang memberikan informasi yang bisa membuka pikiran kita dan tidak berat sebelah dalam memandang peristiwa 11 September 2001. Dalam novel ini juga terdapat kutipan2 kata2 indah yang bisa menjad inspirasi dan penyemangat, diantaranya:
1.        Kata orang, keterbatasan membuat orang kreatif. Keterbatasan membuat orang terpecut melakukan apapun yang dijalani dengan maksimal. Keterbatasan tak ubahnya situasi yang dibuat Tuhan untuk membuat kita lebih berjuang. Jika berhasil melewati keterbatasan itu, buah perjuangan yang kita dapatkan akan lebih berkesan.
2.        Berjalanlah dan terus berjalanlah dengan niat kebaikan untuk mengejar restu dari Allah, bersama orang-orang yang kau cintai, lalu sematkan dalam hati dan pikiranmu akan perjalanan hidupmu tentang surga yang akan kau gapai. Maka seberat, sepanjang dan sebesar apapun halangan yang melintangi langkahmu, akan terbuka dengan sendirinya atas izin-Nya. Ingatlah, Tuhan akan mengirimkan malaikat-malaikat-Nya yang mempunyai keringanan tangan tak bertepi untuk menyelamatkanmu manakala kau hendak terpeleset di ujung jurang yang curam.
3.        Ketika kita merasa kuat, ada kebutuhan menunjukkan diri kita kuat selamanya. Untuk menunjukkan hal itu, kita harus dikalahkan dulu. Setelahnya, kita akan memberi pelajaran yang lebih besar, agar lebih meyakinkan menjadi yang paling kuat.
4.        Setiap pertemuan selalu menyisakan perpisahan, cepat atau lambat. Manusia boleh mencintai manusia lain, tapi tidak boleh melebihi cintanya pada sang Khalik.
5.        Terkadang kita memang tak adil pada hidup kita sendiri. Tatkala tiada pilihan, kita menggerutu. Padahal Tuhan tak memberi pilihan lain karena telah menunjukkan itulah satu-satunya pilihan terbaik bagi hidup kita.
6.        Tentang ketimpangan dunia. Rasanya, botol yang kecil terkadang ditutupi dengan penutup yang kebesaran, sementara botol yang besar ditutupi penutup yang kekecilan. Andai dunia ini mempertemukan botol kecil dengan penutup kecil dan botol besar dengan penutup besar, tentu tidak ada kemubaziran. Tentu tidak akan ada kepincangan.
7.        Betapa kekayaan justru membuat kita makin kikir dan tak bisa hidup tenang.
8.        Semakin banyak anda memberikan dolar anda kepada mereka yang membutuhkan, Tuhan Yang Maha Pemurah akan menambah jumlah dolar anda, dengan berkah. Sebaliknya, semakin anda kikir, Tuhan mungkin tetap menambah dolar yang anda kumpulkan, namun ada kepedihan di dalamnya.
9.        Menjadi kaya bukan ditakar dari banyaknya uang yang dimiliki, namun seberapa banyak tangan manusia memberi.
10.    … semua orang adalah teroris di muka bumi ini jika tangan mereka menggenggam kekayaan tanpa menyedekahkannya untuk umat yang terseok-seok kehidupannya. Semua adalah teroris ketika ketamakan terhadap kekuasaan, kekayaan, harta dan rupa-rupa mengungguli empati dan simpati terhadap mereka yang kekurangan. Karena pada dasarnya, seseorang yang semakin kaya tanpa dia sadari akan semakin kikir. Semakin kikir  dan semena-mena. Fir’aun adalah bukti nyatanya, sampai-sampai dia berani mengatakan dirinya Tuhan. Kekikiran dan kesemena-menaan itu akan membuat kebencian dan kedengkian di kiri dan kanan. Lalu terbitlah perang yang menyedihkan.
11.    Bussiness is love made visible. Membangun bisnis adalah perwujudan cinta yang sebenarnya; cinta kepada sesama manusia; cinta terhadap alam semesta dan penciptanya. Bussiness profit doesn’t result from what we get, but from what we give. Keuntungan bisnis bukan berasal dari apa yang kita peroleh, tapi dari apa yang kita berikan. Ini tak hanya berlaku dalam dunia bisnis, tapi juga merefleksikan sisi  terbaik manusia. Ya, seni terindah dari sisi kemanusiaan adalah kedermawanan hati, yang tak menuntut ditilik manusia lain.
12.    … rasa kehilangan itu tidak boleh lebih besar daripada keyakinan tentang scenario Tuhan yang jauh lebih besar dan lebih indah untuk hamba-Nya. Sampai kapanpun, hingga waktu Tuhan memutuskan kapan tiba memberi kado indah itu.
13.    … jika masih ada yang berpikir dunia ini lebih baik tanpa kehadiran Islam di dalamnya, merekalah para teroris sesungguhnya.
14.    Usaha dan berupaya sekuat raya, dalam keadaan apapun, hingga Tuhan melihat kesungguhan itu dan mengulurkan tangan-Nya. Ikhlas terhadap takdir yang telah digariskan Tuhan, setelah usaha yang maksimal. Harapan besar yang kandas, belum tentu sungguh-sungguh kandas. Tuhan tak akan mengandaskan impian hamba-Nya begitu saja. Dia tak akan menaruh kita dalam kesulitan yang tak terperi tanpa menukarnya dengan kemuliaan pada masa mendatang.
15.    Epilog: “Aku” bertanya mengapa ketegangan dan perbedaan diantara kalian senantiasa dirayakan dan digaungkan untuk memperuncing, bukan untuk saling bertaaruf? Bukankah Muhammad tidak pernah mengajari kalian untuk memerangi orang karena berbeda agama? Seingatku, Musa juga tak pernah mengajakmu membunuh orang-orang Firaun. Inikah akal-akalan diantara kalian untuk menyenangkan ego dan ketamakan kalian? “Aku” juga ingin menyampaikan padamu, diantaramu telah ada yang begitu jumawa mengukuhkan diri melawan Tuhannya. Demi mendapatkan tepuk tangan dan puja-puji dari sesamanya. Dia menjelma menjadi bagian dari dirimu, keyakinanmu, kekuatanmu, namun dia sungguh membenci dirinya karena menjadi bagian itu. Dia tidak tahu bahwa yang dia bela sungguh bertepuk tangan dan bersorak sorai karena mereka berhasil menancapkan pengkhianat dalam agamamu.
16.    Dunia tanpa Islam adalah dunia tanpa kedamaian. Islam tanpa amalan adalah kehampaan. Amalan tanpa iman adalah kegelapan.

Sekali lagi dari buku ini kita telah belajar tentang banyak hal. Belajar untuk saling menolong dan mencintai sesama manusia tanpa melihat suku, agama dan ras. Belajar untuk ikhlas menjalankan segala yang terjadi dalam kehidupan kita. Belajar toleransi dalam beragama. Belajar untuk menjadi orang yang dermawan, yang punya kebesaran hati untuk menyedekahkan sebagian dari harta yang dititipkan Allah kepada kita. Belajar untuk bersyukur tanpa mengeluh dan belajar untuk memiliki kelapangan hati. Dari buku ini kita juga perlu tahu bahwa tidak ada satupun yang namanya kebetulan di dunia ini karena semuanya adalah skenario Allah yang telah dirancang dan dipilihkan untuk kita. Dan yang utama adalah buku ini mengajarkan kita untuk semakin mencintai Allah SWT dan semakin menjadi hamba yang lebih baik lagi. Semoga kita semua selalu bisa menjadi agen muslim yang baik…^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar