Lihatlah,
Siapa Temanmu…!
“Apabila engkau berada di tengah-tengah
suatu kaum maka pililhlah orang-orang yang balk sebagai sahabat, dan janganlah
engkau bersahabat dengan orang-orang jahat sehingga engkau akan binasa
bersamanya“
Wanita
adalah bagian dari kehidupan manusia, sehingga dia tak akan pernah lepas dari
pola interaksi dengan sesama. Terlebih dominasi perasaan yang melekat pada
dirinya, membuat dia butuh teman tempat mengadu, tempat bertukar pikiran dan
bermusyawarah. Berbagai problem hidup yang dialami menjadikan dia berfikir
bahwa, meminta pendapat, saran dan nasehat teman adalah suatu hal yang perlu.
Maka teman sangat vital bagi kehidupannya, siapa sih yang tidak butuh teman
dalam hidup ini..?.
Namun
wanita muslimah adalah wanita yang dipupuk dengan keimanan dan dididik dengan
pola interaksi Islami. Maka pandangan Islam dalam memilih teman adalah
barometernya, karena dirinya sadar, teman yang baik (shalihah) memiliki
pengaruh besar dalam menjaga keistiqomahan agamanya. Selain itu teman shalihah
adalah sebenar-benar teman yang akan membawa mashlahat dan manfaat. Maka dalam
pergaulannya dia akan memilih teman yang baik dan shalihah, yang benar-benar
memberikan kecintaan yang tulus, selalu memberi nasihat, tidak curang dan menunjukan
kebaikan. Karena bergaul dengan wanita-wanita shalihah dan menjadikannya
sebagai teman selalu mendatangkan manfaat dan pahala yang besar, juga akan
membuka hati untuk menerima kebenaran. maka kebanyakan teman akan jadi teladan
bagi temannya yang lain dalam akhlak dan tingkah lake. Seperti ungkapan “Janganlah kau tanyakan seseorang pada
orangnya, tapi tanyakan pada temannya. karena setiap orang mengikuti temannya“.
Bertolak
dari sinilah maka wanita muslimah senantiasa dituntut untuk dapat memilih teman,
juga lingkungan pergaulan yang tak akan menambah dirinya melainkan ketakwaan
dan keluhuran jiwa. Sesungguhnya Rasulullah juga telah menganjurkan untuk
memilih teman yang baik (shalihah) dan berhati-hati dari teman yang jelek.
Hal ini
telah dimisalkan oleh Rasulullah melalui ungkapannya:
“Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik
(shalihah) dan teman yang jahat adalah seperti pembawa minyak wangi dan peniup
api pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak wanginya
itu atau engkau menibeli darinya atau engkau hanya akan mencium aroma harmznya
itu. Sedangkan peniup api tukang besi mungkin akan membakar bajumu atau engkau
akan mencium darinya bau yang tidak sedap“. (Riwayat Bukhari, kitab
Buyuu’, Fathul Bari 4/323 dan Muslim kitab Albir 4/2026)
Dari
petunjuk agamanya, wanita muslimah akan mengetahui bahwa teman itu ada dua
macam. Pertama, teman yang shalihah, dia laksana pembawa minyak wangi yang
menyebarkan aroma harum dan wewangian. Kedua teman yang jelek laksana peniup
api pandai besi, orang yang disisinya akan terkena asap, percikan api atau
sesak nafas, karena bau yang tak enak.
Maka
alangkah bagusnya nasehat Bakr bin Abdullah Abu Zaid, ketika baliau
berkata,” Hati-hatilah
dari teman yang jelek …!, karena sesungguhnya tabiat itu suka meniru, dan manusia seperti serombongan burung
yang mereka diberi naluri untuk meniru dengan yang lainnya.Maka hati-hatilah
bergaul dengan orang yang seperti itu, karena dia akan celaka, hati- hatilah
karena usaha preventif lebih mudah dari pada mengobati “.
Maka
pandai-pandailah dalam memilih teman, carilah orang yang bisa membantumu untuk
mencapai apa yang engkau cari . Dan bisa mendekatkan diri pada Rabbmu,
bisa memberikan saran dan petunjuk untuk mencapai tujuan muliamu.
Maka
perhatikanlah dengan detail teman-temanmu itu, karena teman ada bermacam-macam
1.ada
teman yang bisa memberikan manfaat
2.ada
teman yang bisa memberikan kesenangan (kelezatan)
3.dan ada
yang bisa memberikan keutamaan.
Adapun dua
jenis yang pertama itu rapuh dan mudah terputus karena terputus
sebab-sebabnya. Adapun jenis ketiga, maka itulah yang dimaksud
persahabatan sejati. Adanya interaksi timbal balik karena kokohnya keutamaan
masing-masing keduanya. Namun jenis ini pula yang sulit dicari. (Hilyah
Tholabul ‘ilmi, Bakr Abdullah Abu Zaid halarnan 47-48)
Memang
tidak akan pernah lepas dari benak hati wanita muslimah yang benar-benar sadar
pada saat memilih teman, bahwa manusia itu seperti barang tambang, ada
kualitasnya bagus dan ada yang jelek. Demikian halnya manusia, seperti dijelaskan
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam :
” Manusia itu adalah barang tambang seperti
emas dan perak, yang paling baik diantara mereka pada zaman jahiliyyah adalah
yang paling baik pada zaman Islam jika mereka mengerti. Dan ruh-ruh itu seperti
pasukan tentara yang dikerahkan, yang saling kenal akan akrab dan yang tidak
dikenal akan dijauhi ” (Riwayat Muslim)
Wanita
muslimah yang jujur hanya akan sejalan dengan wanita-wanita shalihah, bertakwa
dan berakhlak mulia, sehingga tidak dengan setiap orang dan sembarang orang dia
berteman, tetapi dia memilih dan melihat siapa temannya. Walaupun memang, jika
kita mencari atau memilih teman yang benar-benar bersih sama sekali dari aib,
tentu kita tidak akan mendapatkannya. Namun, seandainya kebaikannya itu lebih banyak
daripada sifat jeleknya, itu sudah mencukupi.
Maka
Syaikh Ahmad bin ‘Abdurrahman bin Qudamah al-Maqdisi atau terkenal dengan nama
Ibnu Qudamah AlMaqdisi memberikan nasehatnya juga dalam memilih teman: “Ketahuilah, bahwasannya tidak dibenarkan
seseorang mengambil setiap orang jadi sahabatnya, tetapi dia harus mampu
memilih kriteria-kriteria orang yang dijadikannya teman, baik dari segi
sifat-sifatnya, perangai-perangainya atau lainnya yang bisa menimbulkan gairah
berteman sesuai pula dengan manfaat yang bisa diperoleh dari persahabatan
tersebut itu.
Ada manusia yang berteman karena tendensi dunia, seperti karena harta,
kedudukan atau sekedar senang melihat-lihat dan bisa ngobrol saja, tetapi itu
bukan tujuan kita.
Ada pula
orang yang berteman karena kepentingan Dien (agama), dalarn hal inipun ada yang
karena ingin mengambil faidah dari ilmu dan amalnya, karena kemuliaannya atau
karena mengharap pertolongan dalam berbagai kepentingannya. Tapi, kesimpulan
dari semua itu orang yang diharapkan jadi teman hendaklah memenuhi lima
kriteria berikut; Dia cerdas (berakal), berakhlak baik, tidak fasiq, bukan ahli
bid’ah dan tidak rakus dunia. Mengapa harus demikian ?, karena kecerdasan
adalah sebagai modal utama, tak ada kabaikan jika berteman dengan orang dungu,
karena terkadang ia ingin menolongmu tapi malah mencelakakanmu. Adapun orang
yang berakhlak baik, itu harus. Karena terkadang orang yang cerdaspun kalau
sedang marah atau dikuasai emosi, dia akan menuruti hawa nafsunya. Maka tak
baik pula berteman dengan orang cerdas tetapi tidak berahlak. Sedangkan orang
fasiq, dia tidak punya rasa takut kepada Allah. Dan barang siapa tidak takut
pada Allah, maka kamu tidak akan aman dari tipu daya dan kedengkiannya, Dia
juga tidak dapat dipercaya. Kalau ahli bid’ah jika kita bergaul dengannya
dikhawatirkan kita akan terpengaruh dengan jeleknya kebid’ahannya itu.
(Mukhtasor Minhajul Qasidin, Ibnu Qudamah hal 99).
Maka
wanita muslimah yang benar-benar sadar dan mendapat pancaran sinar agama, tidak
akan merasa terhina akibat bergaul dengan wanita-wanita shalihah meskipun
secara lahiriyah, status sosial clan tingkat materinya tidak setingkat. Yang
menjadi patokan adalah substansi kepribadiannya dan bukan penampilan dan
kekayaan atau lainnya. “Pergaulan
anda dengan orang mulia menjadikan anda termasuk golongan mereka, karenanya
janganlah engkau mau bersahabat dengan selain mereka“.
Oleh
karena itu datang petunjuk Al Qur’an yang menyerukan hal itu :
“Dan bersabarlah kamu bersama dengan
orang-orang yang menyeru Rabbnya dipagi dan disenja hari dengan mengharap
keridhoan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena
mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang
yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa
nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas” (Al-Kahfi:28)