Ranah
3 Warna adalah novel kedua dari trilogi karangan Ahmad Fuadi, setelah novel
pertamanya Negeri 5 Menara
Padahal
novel pertamanya aja aq belum baca, aq langsung baca novel keduanya, soalnya aq
udah liat filmnya yang Negeri 5 Menara…..hehe
Novel
ini bercerita tentang perjalanan Alif (tokoh utama) untuk mewujudkan impiannya
hingga ke luar negeri
Setelah
Alif lulus dari Pondok Madani, dia berniat untuk melanjutkan kuliah di
universitas, tapi sayangnya karena dia berasal dari pesantren sehingga dia
harus ikut ujian penyetaraan dulu supaya bisa dapat ijazah SMA yang diakui.
Perjuangan yang sangat keras dia lakukan demi mendapatkan ijazah itu dan
tentunya perjuangan itu tidak sia2 walaupun dia mendapat nilai yang tidak cukup
memuaskan. Perjuangan tetap berlanjut untuk ujian masuk perguruan tinggi negeri
yang dia impikan di Bandung. Akhirnya dia diterima di Universitas Padjajaran
jurusan Hubungan Internasional. Tentu kebahagiaan yang tidak terkira, karena
dia bisa membuktikan kepada orang2 yang mungkin selama ini meremehkan
kemampuannya.
Masa
kuliah pun dimulai, dengan berbekal uang secukupnya dari orang tuanya dia
berangkat dari Padang menuju ke Bandung. Di Bandung dia tinggal bersama Randai,
sahabatnya di Padang yang kuliah di ITB. Awal kuliah dia mencoba untuk
menyalurkan kembali hobinya dulu yaitu menulis dengan ikut menjadi anggota
redaksi majalah kampus. Dia benar2 berjuang pontang panting demi bisa belajar
dengan seorang senior yang sudah sangat advance
dan punya banyak pengalaman. Perjuangannya itu tidak sia-sia hingga dia
bisa mengirimkan tulisannya ke koran harian di kota itu. Selain kegiatan
menulisnya tentunya dia juga tetap menjalani kuliah dengan rajin.
Di
tengah kegigihannya menjalani itu semua, ternyata dia harus pulang kembali ke
Padang karena ayahnya sakit. Dan setelah beberapa hari dia menjaga ayahnya,
akhirnya ayahnya pun meninggal dunia. Tentu pukulan yang sangat berat baginya,
yang sedang berjuang untuk menyelesaikan kuliahnya di Bandung. Tapi dia tidak
berputus asa, dengan tekad yang kuat dia kembali ke kota perantauan untuk
melanjutkan impiannya menjadi sarjana. Karena ayanhya sudah meninggal, tentu
tulang punggung keluarga yang akan mengiriminya uang sudah tidak ada lagi.
Walaupun ibunya bekerja, tentu tidak akan cukup untuk menmbiayainya dan juga
kedua adiknya yang juga masih sekolah. Akhirnya dia pun bertekad untuk hidup
mandiri dan tidak akan merepotkan ibunya, bahkan dia ingin bisa mengirimi
ibunya uang.
Berbagai
pekerjaan dia lakukan untuk bisa mendapatkan uang, mulai dari menjadi penulis
di surat kabar walaupun bayarannya masih belum seberapa, menjadi guru les
privat, menjual barang2 kosmetik, dan menjual kain tenun khas Padang. Setiap
hari dia lakukan itu semua demi memenuhi kebutuhan hidupnya di Bandung. Pernah
suatu saat ketika dia pulang dari berjualan dan kehujanan, dia dicopet. Padahal
dia sudah bersusah payah seharian untuk mencari uang itu. Sampai akhirnya
ketika dia pulang, dia pingsan di depan pintu karena tubuhnya sudah sangat
lemah. Dan akhirnya dia pun jatuh sakit, karena saking bersemangatnya untuk
mengumpulkan uang.
Setelah
dia cukup sehat sempat terbersit di pikirannya untuk pulang kampong dan tidak
melanjutkan perjuangannya ini. Tapi ternyata ibunya sudah terlebih dahulu punya
firasat dan mengirimkan surat untuk Alif. Isi surat itu intinya adalah ibunya
sangat mengharapkan Alif tetap melanjutkan kuliahnya hingga selesai seperti
pesan ayahnya sebelum meninggal. Akhirnya Alif pun mengurungkan niatnya itu dan
kembali ke niat semula untuk melanjutkan perjuangannya menjadi sarjana.
Dia
pun semakin lama semakin sukses menjadi penulis di koran2 nasional. Bahkan kini
bukan lagi dia yang berusaha mengirimkan tulisannya agar bisa dimuat, tapi dari
pihak koran yang memintanya untuk mengisi kolom2 di koran tersebut. Tak terasa
kini dia sudah punya penghasilan yang lebih dari cukup, bahkan dia bisa
mengirimkan uang untuk ibu dan adik2nya di kampung, tentu kebanggaan tersendiri
baginya.
Lalu
dia pun mencoba peruntungan untuk mencari beasiswa ke luar negeri. Berbagai
ujian untuk mendapatkan beasiswa itu dia lalui dengan cukup sulit. Tapi
meskipun ada halangan disana sini, tapi berkat kegigihannya akhirnya dia pun
mendapatkan kesempatan untuk bisa menerima beasiswa itu dan belajar di luar
negeri. Dia pun mendapatkan Negara tujuan sesuai dengan impiannya yaitu ke
benua Amerika, tepatnya di Kanada.
Di
Kanada ini dia benar2 tidak menyia-nyiakan kesempatan sama sekali untuk banyak
belajar, dari belajar bahasa Prancis hingga belajar tentang kehidupan
masyarakat di Kanada. Memang dasar Alif itu termasuk orang yang tidak mau
setengah2 dalam menjalani sesuatu, makanya disinipun dia benar2 sangat
totalitas, benar2 ingin meninggalkan kenangan dan kesan baik di kota yang dia
tinggali saat itu. Dan benar saja dia bisa meninggalkan kenangan dan kesan baik
di keluarga angkatnya dan juga di tempat di bekerja. Bahkan dia dan teman2nya
juga berhasil memberikan kenangan terakhir yang manis untuk warga di kota itu.
Namun Alif malah gagal dalam hal cinta. Sampai pada akhirnya dia tetap tidak
menyampaikan perasaannya kepada Raisa, hingga dia tahu bahwa Raisa telah
bertunangan dengan Randai, sahabatnya.
Cerita
yang luar biasa inspiratif sekali dan tak disangka2 di bagian awalnya ternyata
ceritanya ada sedikit kemiripan dengan kisah hidup adik tingkatku….
Ada
canda, tawa, sedih, dan tangisan, campur aduk menjadi 1 dalam novel ini, keren
dah pokoknya…
Tentunya
ada banyak pelajaran berharga yang tersirat maupun yang tersurat
Beberapa pelajaran berharga yang
tersurat adalah….
1. Bersabar dan ikhlaslah dalam setiap
langkah perbuatan
Terus
meneruslah berbuat baik, ketika di kampung dan di rantau
Jauhilah
perbuatan buruk, dan ketahuilah pelakunya pasti diganjar, di perut bumi dan di
atas bumi
Bersabarlah
menyongsong musibah yang terjadi dalam waktu yang mengalir
Sungguh
di dalam sabar ada pintu sukses dan impian akan tercapai
Jangan
cari kemuliaan di kampong kelahiranmu
Sungguh
kemuliaan itu ada dalam perantauan di usia muda
Singsingkan
lengan baju dan bersungguh-sungguhlah menggapai impian
Karena
kemuliaan tak akan bisa diraih dengan kemalasan
Jangan
bersilat kata dengan orang yang tak mengerti apa yang kau katakana
Karena
debat kusir adalah pangkal keburukan
#
Syair Sayyid Ahmad Hasyimi. Syair ini diajarkan pada tahun ke-4 di Pondok
Modern Gontor, Ponorogo
2. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup
terasa setelah lelah berjuang (Syair Imam Syafi’i)
3. Man
yazra’ yahsud : Siapa yang menanam akan menuai yang
ditanam
4. Setiap perjalanan panjang harus dimulai
dengan langkah pertama
5. Hidup itu adalah masalah penyerahan
diri. Siapa saja yang mewakilkan urusannya kepada Tuhan, maka Dia akan
mencukupkan semua kebutuhan kita. Yang terpenting adalah cukup. Apa artinya
banyak harta tapi tidak pernah merasa cukup? Itulah janji Tuhan buat orang yang
tawakkal
6. Apa sih inti dari persahabatan itu??
“Apa memang persahabatan bisa
kendur karena jarak? Tapi inti dari persahabatan tentu tidak rusak. Tapi jarak
dan tempat tidak bisa berdusta, berpisah secara fisik bisa merenggangkan
keintiman persahabatan karena tidak lagi disiram oleh pertemuan, canda dan
diskusi”
7. ….Merantaulah, kau akan dapatkan
pengganti kerabat dan kawan (Syair Imam Syafi’i)
8. Orang berilmu dan beradab tidak akan
diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan
merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan
pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup
terasa setelah lelah berjuang (Syair Imam Syafi’i)
9. Nasihat Kiai Rais:
Anak-anakku sungguh doa itu
didengar Tuhan, tapi Dia berhak mengabulkan dalam berbagai bentuk. Bisa dalam
bentuk yang kita minta, bisa ditunda atau diganti dengan yang lebih cocok buat
kita
10. Nasihat
Kiai Rais:
Jadilah seperti ajaran Nabi, khairunnas anfauhum linnas,
sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang memberi manfaat bagi orang lain.
11. Nasihat
Kiai Rais:
Selalu pilih teman dan lingkungan
terbaik. Kalau berteman dengan tukang parfum, nanti akan kecipratan wangi.
Kalau berteman dengan penulis, siapa tahu juga ikut pandai menulis.
12. Menuntut
ilmu itu perlu banyak hal, termasuk tamak dengan ilmu, waktu yang panjang dan
menghormati guru ( Nasihat Imam Syafi’i)
13. Pesan
Kiai Rais:
Wahai anakku, latihlah diri kalian
untuk selalu bertopang pada diri kalian sendiri dan Allah. I’timad ala nafsi. Segala hal dalam hidup ini tidak abadi. Semua
akan pergi silih berganti. Kesusahan akan pergi. Kesenangan akan hilang.
Akhirnya hanya tinggal urusan kalian sendiri dengan Allah saja nanti.
14. Iza shadaqal azmu wadaha sabil,
kalau benar kemauan, maka terbukalah jalan
15. ….sebuah
syair Arab mengatakan, siapa yang bersabar dia akan beruntung. Jadi sabar itu
bukan berarti pasrah, tapi sebuah kesadaran yang proaktif. Dan sesungguhnya
Allah itu selalu bersama orang yang bersabar
16. Pesan
Kiai Rais:
Yang namanya dunia itu ada masa
senang dan masa kurang senang. Di saat kurang senanglah kalian perlu aktif.
Aktif untuk bersabar. Bersabar tidak pasif. Tapi aktif bertahan, aktif menahan
cobaan, aktif mencari solusi. Aktif menjadi yang terbaik. Aktif untuk tidak
menyerah pada keadaan. Kalian punya pilihan untuk tidak menjadi pesakitan.
Sabar adalah punggung bukit terakhir sebelum sampai di tujuan. Setelah ada di
titik terbawah, ruang kosong hanyalah ke atas. Untuk lebih baik. Bersabar untuk
menjadi lebih baik. Tuhan sudah berjanji bahwa sesungguhnya Dia berjalan dengan
orang yang sabar.
Apapun kelebihan dan
keterbatasanmu, jadilah orang yang berguna untuk dirimu, keluargamu,
masyarakatmu, sebanyak mungkin dan seluas mungkin.
17. Memaknai
kata “putus asa”…
“Putus asa adalah penyakit yang
mengagalkan perjuangan, harapan dan cita-cita. Problem tidak akan selesai hanya
dengan disusahkan, tetapi harus dipikirkan dan dengan selalu dekat kepada Allah
serta selalu memohon taufik dan hidayah-Nya”
18. Man jadda wa jadda
: siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses
Man
shabara zhafira: siapa yang bersabar akan beruntung
Man
sara ala darbi washala: siapa yang berjalan di jalan-Nya
akan sampai tujuan
19. Pepatah
Arab:
Lan
tarji’ ayyamullati madhat: tak akan kembali hari-hari yang
telah berlalu
20. Teman???
“Teman itu tidak harus selalu
bersama. Teman juga tidak harus selalu berdamai. Mungkin kadang-kadang perlu
berpisah untuk lebih menghargai pertemanan. Sekali-sekali bisa saja bertengkar
untuk menguji seberapa kokoh inti persahabatan itu”
21. Ternyata
“meminjam” itu hal yang remeh tapi bisa menimbulkan masalah yang besar…
“… Sungguh jangan pernah remehkan
meminjam karena bisa mengubah persahabatan. Bahkan persahabatan yang kuat dan
lama sekalipun. Bahwa meminjam itu bisa lebih bberbahaya daripada meminta.
Begitu kita meminta, apa pun objeknya, pasti telah diputuskan untuk diberikan
oleh yang punya. Semua terang benderang. Ada ijab dan Kabul. Ada yang ikhlas
memberi dan ada yang ikhlas menerima. Tapi ketika sesuatu dalam status
dipinjam, tidak ada kata putus disana. Mungkin selalu ada benih konflik yang
ikut tertanam bersama meminjam. Dia bisa beracun dan laten”
22. Min haitsu la yahtasib.
Dari tempat yang tidak disangka-sangka. Rezeki Tuhan memang bisa datang dari
mana saja dan kapan saja.
23. Al muhafazhah ala qadimi shalih,
wal akhzu ala jadidil ashlah. Hanya memegang teguh
hal yang baik dari masa lalu dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik
lagi.
24. Nasihat
Ustadz Salman:
Kalau kita kondisikan sedemikian
rupa, impian itu lambat laun akan jadi nyata. Pada waktu yang tidak pernah kita
sangka-sangka.
25. Nasihat
Kiai Rais:
…. Cobalah bayangkan. Kalian yang
dikaruniai bakat hebat dan otak cerdas adalah bak golok yang tajam yang
berkilat-kilat. Kecerdasan kalian bisa menyelesaikan berbagai masalah. Tapi
kalau kalian tidak serius, tidak sepenuh tenaga dan niat menggunakan otak ini,
maka hidup kalian tidak akan maksimal, misi tidak akan sampai, usaha tidak akan
berhasil…
26. Tugas
untuk mencapai keberhasilan adalah niat lurus dan ikhlas, usaha keras, doa
khusyuk
27. Hidup
penuh persahabatan yang terus tumbuh adalah hidup yang mendamaikan
28. Kisah
pada abad ke-8 Masehi, di zaman kekhalifahan Bani Umayyah, masyarakat Islam
dalam kemakmuran yang ideal. Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang baru diangkat
menangis karena besarnya tanggung jawab yang harus dipikul. Khalifah Umar
terkenal karena semua harta miliknya dan keluarganya diserahkan kepada Negara
dan dia hidup dengan sederhana, jujur dan giat memberantas korupsi. Masa itu,
para petugas zakat sampai putus asa mencari orang miskin untuk diberi zakat.
Tidak ada pengemis di jalanan. Penjara menjadi lengang. Semua sudah berkecukupan
dan warga taat hukum. Ketika semua orang telah menjadi mampu dan tidak ada lagi
yang berhak menjadi mustahik atau penerima zakat, itulah salah satu definisi
negeri yang adil dan makmur
29. Petuah
tentang “memancing” oleh Kiai Rais:
“Ingat anak-anakku yang aku cintai,
kami tidak memberi ikan kepada kalian, tapi kami memberi pancing, kalian
sendirilah nanti yang akan mencari ikan dengan pancing ini, Pancing ini adalah
semua ilnu, semua pengalaman, semua bahasa, semua disiplin, semua air dan udara
yang kalian hirup selama disini. Selamat berjuang anak-anak. Selamat memancing
yang baik-baik”
30. Kata
Rusdi:
Indonesia memang belum baik, tapi
aku memilih mencintai dan berusaha memperbaiki Indonesia dari sekarang. Kanada
membuka mataku untuk mencontoh hal-hal baik, tapi juga membuka mataku bahwa
kita punya banyak kebaikan pula. Contohnya, orang kita masih kental memegang
sikap hormat kepada orang tua, bertetangga baik, gotong royong dan dekat dengan
agama. Belum lagi kita punya budaya pantun, disini cuma ada music rap. Semua ini yang membikin aku kangen
pulang.
31. Nasihat
Ustadz Salman tentang pacaran:
“Suka boleh saja, tapi jangan
sampai kalian berduaan, karena banyak mudharat-nya.
Nanti kalau berdua-duaan, ada makhluk ketiga yang diam-diam berada di antara
kalian. Dia adalah setan yang membisikkan berbagai hal buruk yang bisa membuat
kalian terbawa arus dan melanggar aturan agama. Jadi berteman boleh saja, tapi
jangan berpacaran. Kalau nanti tiba masanya, umur kalian cukup dan kemampuan
ada, barulah kalian berpasang-pasangan menjadi sebuah keluarga, melalui
pernikahan. Percayalah, sesungguhnya itu lebih baik dan aman buat kalian
semua”.
32. Makhluk
yang paling setia dalam hidup ini mungkin adalah waktu. Dia tidak pernah ingkar
janji dan akan selalu hadir berkunjung ke manapun dan ke siapapun, walau topan
badai sedang mengamuk. Dia datang dalam bentuk tanggal, dalam bentuk hari,
dalam bentuk bulan, bahkan abad. Dia selalu tepat waktu, tidak telat sedetik
pun, tidak lebih awal sedikit pun. Dan kali ini, waktu penting itu hadir dalam
bentuk pagi kelabu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar