Minggu, 23 September 2012

99 Cahaya di Langit Eropa


Novel dgn judul "99 Cahaya di Langit Eropa"....
Novel yg ditulis oleh Hanum Salsabiela Rais (Putri Bpk. Amien Rais) dan suaminya Rangga Almahendra
Novel yg sangat menarik, sangat sarat akan makna, penuh pelajaran berharga tentang kebanggaan, keyakinan, kecintaan dan keimanan kita kepada Allah SWT
Penulis sangat cerdas dalam menyampaikan setiap detail peristiwa, tempat dan juga sejarah Islam di Eropa dimana umat Islam menjadi kalangan minoritas
Membaca novel ini benar-benar dapat semakin menguatkan kecintaan kita kepada agama Islam dengan mengetahui sejarah2 perkembangannya di benua Eropa tentunya
Dan juga rasa syukur kita karena bisa tinggal di negara yang sangat menjunjung tinggi kebebasan beragama, tidak ada larangan untuk mengenakan identitas agama seperti jilbab dan tentunya kebebasan untuk bisa menjalankan ibadah 5 waktu dengan tenang

Berikut ini saya mencuplik beberapa kalimat2 di dalam novel ini yang mungkin bisa menjadi bahan perenungan kita semua:

1.   Hanya satu yang harus kita ingat. Misi kita adalah menjadi agen Islam yang damai, teduh, indah yang membawa keberkahan di komunitas nonmuslim. Dan itu tidak akan pernah mudah.
2.   Sekarang ini dibutuhkan mendesak agen muslim yang menebar kebaikan dan sikap positif. Yang kuat menahan diri, mengalah bukan karena kalah, tetapi mengalah karena sudah memetik kemenangan hakiki. Membalas olok-olok bukan dengan balik mengolok-olok, tetapi membalasnya dengan memanusiakan pengolok-olok.


3.  Air talang yang hanya jatuh setetes-setetes pada batu yang keras lama-lama bisa membuat ceruk di permukaannya. Butuh waktu memang, tapi dengan kelembutan, ketekunan dan komitmen, tetesan air mampu menembus kerasnya bebatuan. Batu pun berubah bentuk tanpa luka dan goresan. Menjelma menjadi batuan baru alami yang bukan dibentuk oleh gesekan mesin atau gesekan parang.
4.      Senyumlah. Memberi senyum adalah sedekah. Senyum adalah semudah-mudahnya ibadah. Sebuah hadis qudsi Nabi Muhammad SAW.
5.      Ilmu pengetahuan itu pahit pada awalnya, tetapi manis melebihi madu pada akhirnya.
6.    Manusia terlalu ingin terlihat mulia dan setia di hadapan Tuhan dengan membela mati-matian apa yang dianggap benar di mata Tuhan. Padahal belum tentu Tuhan berkenan…
7.   Bukan agama yang membuat membuat perang dan diperangkan di dunia ini, melainkan nafsu manusia akan kekuasaan dan nafsu manusia yang selalu ingin berbeda.
8.      Semangat untuk menaklukkan, semangat untuk menguasai dan semangat untuk menunjukkan diri sebagai yang paling kuat di muka bumi ini memang tidak pernah sirna dalam diri manusia. Hingga kini. Dan manusia mau menempuh jalan apapu untuk mewujudkan semuanya.
9.  Rasa syukur kembali semerbak dalam hati, bahwa aku dilahirkan pada zaman yang menyambut kebebasan berkeyakinan. Rasa syukur yang lebih dalam lagi karena dilahirkan sebagai orang Indonesia yang tak memiliki trauma sejarah dengan hegemoni agama, dan berharap tidak akan pernah ada sampai kapan pun.
10. Islam yang awet, yang abadi dalam diri setiap orang adalah Islam yang dating dengan jalan damai.
11.  Esensi sejarah bukanlah hanya siapa yang menang dan siapa yang kalah. Lebih dari itu: siapa yang lebih cepat belajar dari kemenangan dan kekalahan.
12.  Bahwa setiap pertemuan berujung pada perpisahan. Sebuah kenyataan yang sering kita lupakan, karena seakan-akan ibu, bapak, saudara-saudara kandung kita, anak-anak kita, bahkan pasangan hidup kita adalah milik kita selama-lamanya. Kita lupa betapapun kita menyayangi mereka, mereka bukanlah milik kita seutuhnya. Demikian pula kita, bukan milik mereka seutuhnya. Menyadari kembali bahwa perpisahan pasti akan datang menghampiri seharusnya menjadi pelecut untuk memberikan yang terbaik kepada mereka yang kita sayangi di dunia ini. Tak hanya orang-orang terdekat dalam lingkaran keluarga, namun juga orang-orang yang jauh jangkauannya dari tangan kita.
13.  Mempelajari sejarah adalah bukan hanya kemampuan menjabarkan siapa yang menang siapa yang kalah, melainkan mengadaptasi semangat untuk terus menatap ke depan, mengambil sikap bijak darinya dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dunia.
14. Sekarang ini anak-anak makin melupakan sejarah agama. Aku ini suatu saat nanti, dari awal kedatangan di dunia ini seluruh anak muslim tahu, tiada kebanggaan yang berarti kecuali menjadi muslim. Aku ingin mereka lahir sebagai muslim karena mereka memahami, meresapi, mengenal, menyentuh, merasakan dan mencintai Islam, bukan karena paksaan orang lain. Dan aku ingin mereka tahu bahwa dalam setiap waktu, dalam masa depan mereka, mereka akan menemui orang-orang yang berbeda dalam hal kepercayaan, bahasa dan bangsa. Aku akan mengajarkan pada mereka bahwa perbedaan terjadi bukan karena Tuhan tidak bisa menjadikan kita tercipta sama. Menciptakan manusia homogeni itu bukan perkara sulit untuk-Nya. Itu semua terjadi justru karena Tuhan Maha Tahu, jika kita semua sama, tidak ada lagi keindahan hidup bagi manusia. Jadi nikmatilah perbedaan itu, ujar Fatma.

Semoga bisa memberikan manfaat bagi kita semua
Aamiin....
^___^



Tidak ada komentar:

Posting Komentar