Novel dgn judul "99 Cahaya di Langit Eropa"....
Novel yg ditulis oleh Hanum Salsabiela Rais (Putri Bpk. Amien Rais) dan suaminya Rangga Almahendra
Novel yg sangat menarik, sangat sarat akan makna, penuh pelajaran berharga tentang kebanggaan, keyakinan, kecintaan dan keimanan kita kepada Allah SWT
Penulis sangat cerdas dalam menyampaikan setiap detail peristiwa, tempat dan juga sejarah Islam di Eropa dimana umat Islam menjadi kalangan minoritas
Membaca novel ini benar-benar dapat semakin menguatkan kecintaan kita kepada agama Islam dengan mengetahui sejarah2 perkembangannya di benua Eropa tentunya
Dan juga rasa syukur kita karena bisa tinggal di negara yang sangat menjunjung tinggi kebebasan beragama, tidak ada larangan untuk mengenakan identitas agama seperti jilbab dan tentunya kebebasan untuk bisa menjalankan ibadah 5 waktu dengan tenang
Berikut ini saya mencuplik beberapa kalimat2 di dalam novel ini yang mungkin bisa menjadi bahan perenungan kita semua:
1. Hanya satu yang
harus kita ingat. Misi kita adalah menjadi agen Islam yang damai, teduh, indah
yang membawa keberkahan di komunitas nonmuslim. Dan itu tidak akan pernah mudah.
2. Sekarang ini
dibutuhkan mendesak agen muslim yang menebar kebaikan dan sikap positif. Yang
kuat menahan diri, mengalah bukan karena kalah, tetapi mengalah karena sudah
memetik kemenangan hakiki. Membalas olok-olok bukan dengan balik mengolok-olok,
tetapi membalasnya dengan memanusiakan pengolok-olok.
3. Air talang yang
hanya jatuh setetes-setetes pada batu yang keras lama-lama bisa membuat ceruk
di permukaannya. Butuh waktu memang, tapi dengan kelembutan, ketekunan dan
komitmen, tetesan air mampu menembus kerasnya bebatuan. Batu pun berubah bentuk
tanpa luka dan goresan. Menjelma menjadi batuan baru alami yang bukan dibentuk
oleh gesekan mesin atau gesekan parang.
4.
Senyumlah. Memberi
senyum adalah sedekah. Senyum adalah semudah-mudahnya ibadah. Sebuah hadis
qudsi Nabi Muhammad SAW.
5.
Ilmu pengetahuan
itu pahit pada awalnya, tetapi manis melebihi madu pada akhirnya.
6. Manusia terlalu
ingin terlihat mulia dan setia di hadapan Tuhan dengan membela mati-matian apa
yang dianggap benar di mata Tuhan. Padahal belum tentu Tuhan berkenan…
7. Bukan agama yang
membuat membuat perang dan diperangkan di dunia ini, melainkan nafsu manusia
akan kekuasaan dan nafsu manusia yang selalu ingin berbeda.
8.
Semangat untuk
menaklukkan, semangat untuk menguasai dan semangat untuk menunjukkan diri
sebagai yang paling kuat di muka bumi ini memang tidak pernah sirna dalam diri
manusia. Hingga kini. Dan manusia mau menempuh jalan apapu untuk mewujudkan
semuanya.
9. Rasa syukur kembali semerbak dalam hati, bahwa aku
dilahirkan pada zaman yang menyambut kebebasan berkeyakinan. Rasa syukur yang
lebih dalam lagi karena dilahirkan sebagai orang Indonesia yang tak memiliki
trauma sejarah dengan hegemoni agama, dan berharap tidak akan pernah ada sampai
kapan pun.
10. Islam yang awet, yang abadi dalam diri setiap orang
adalah Islam yang dating dengan jalan damai.
11. Esensi sejarah bukanlah hanya siapa yang menang dan siapa
yang kalah. Lebih dari itu: siapa yang lebih cepat belajar dari kemenangan dan
kekalahan.
12. Bahwa setiap pertemuan berujung pada perpisahan. Sebuah
kenyataan yang sering kita lupakan, karena seakan-akan ibu, bapak,
saudara-saudara kandung kita, anak-anak kita, bahkan pasangan hidup kita adalah
milik kita selama-lamanya. Kita lupa betapapun kita menyayangi mereka, mereka
bukanlah milik kita seutuhnya. Demikian pula kita, bukan milik mereka
seutuhnya. Menyadari kembali bahwa perpisahan pasti akan datang menghampiri seharusnya menjadi pelecut untuk
memberikan yang terbaik kepada mereka yang kita sayangi di dunia ini. Tak hanya
orang-orang terdekat dalam lingkaran keluarga, namun juga orang-orang yang jauh
jangkauannya dari tangan kita.
13. Mempelajari sejarah adalah bukan hanya kemampuan
menjabarkan siapa yang menang siapa yang kalah, melainkan mengadaptasi semangat
untuk terus menatap ke depan, mengambil sikap bijak darinya dalam menghadapi
permasalahan-permasalahan dunia.
14. Sekarang ini
anak-anak makin melupakan sejarah agama. Aku ini suatu saat nanti, dari awal
kedatangan di dunia ini seluruh anak muslim tahu, tiada kebanggaan yang berarti
kecuali menjadi muslim. Aku ingin mereka lahir sebagai muslim karena mereka
memahami, meresapi, mengenal, menyentuh, merasakan dan mencintai Islam, bukan
karena paksaan orang lain. Dan aku ingin mereka tahu bahwa dalam setiap waktu,
dalam masa depan mereka, mereka akan menemui orang-orang yang berbeda dalam hal
kepercayaan, bahasa dan bangsa. Aku akan mengajarkan pada mereka bahwa
perbedaan terjadi bukan karena Tuhan tidak bisa menjadikan kita tercipta sama.
Menciptakan manusia homogeni itu bukan perkara sulit untuk-Nya. Itu semua
terjadi justru karena Tuhan Maha Tahu, jika kita semua sama, tidak ada lagi
keindahan hidup bagi manusia. Jadi nikmatilah perbedaan itu, ujar Fatma.
Semoga bisa memberikan manfaat bagi kita semua
Aamiin....
^___^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar