Senin, 23 Februari 2015

ITP (Idiophatic Trombocytopenic Purpura)

ITP (Idiophatic Trombocytopenic Purpura), apa itu??
Penyakit yang sama sekali aku belum pernah tahu, bahkan mendengar ada yang cerita saja belum pernah. Tapi ternyata tubuhku sempat mengidap penyakit ini. Penyakit yang tanda2nya sangat umum sekali, bahkan aku masih terlihat seperti orang sehat, tapi sebenarnya ada ketidakberesan di organ dalam tubuhku.

Ketidakberesan itu berawal dari tanggal 23 Mei 2014..
Saat itu aku baru pulang dari ngajar les, aku ke kamar mandi, trus aku tiba2 lihat di kakiku ada bintik merah seperti pembuluh darah pecah. Ku tekan2 tidak ada rasa sakit. Aku tanya pada mamaku, katanya tidak apa2, ya sudah aku tenang saja saat itu. Esok harinya, tiba-tiba gusiku berdarah dan tidak bisa berhenti, tidak seperti biasanya ketika aku sikat gigi gusiku memang slalu berdarah tapi pasti langsung berhenti. Pendarahan masih terus berlanjut sampai keesokan harinya dan bintik merah di kulit pun bertambah lagi di tangan. Tapi aku tetap tenang karena memang aku merasa fisikku masih kuat. Aku mencoba cari2 info di internet tentang penyebab gusi berdarah, kebanyakan mengatakan penyebabnya adalah karang gigi. Tapi ada satu artikel yang menyebutkan tentang penyakit itu, tapi waktu itu aku hanya baca judulnya saja dan tidak membaca seluruh isinya.

Karena aku berpikiran penyebabnya karang gigi, hari Senin tanggal 26 Mei aku pergi ke dokter gigi. Sama pak dokter karang gigiku dibersihkan, tapi ternyata tidak menyelesaikan masalah, malah pendarahannnya semakin banyak. Sebenarnya aku takut, tapi gak tau kenapa aku masih saja bisa tenang karena aku merasa masih kuat2 saja. Esok harinya aku ngajar les dari pagi sampai siang di daerah Sawojajar tanpa sarapan pagi, trus langsung menuju ke rumah mbak di daerah Dieng. Di rumah mbak aku malah makan bakso dan mie pedas di saat perut kosong, tapi semua rasanya baik2 saja. Esok paginya bintik merah di kulitku semakin banyak, aku mulai khawatir sama keadaanku. Akhirnya aku periksa ke dokter umum. Ketika diperiksa bintik2ku beliau mendiagnosa kalau itu hanya alergi. Saat aku tanya apa ada hubungannya dengan gusi berdarah, lalu beliau tanya balik apakah aku demam tapi aku tidak demam, jadi beliau dengan mudahnya mengatakan kalau tidak ada hubungannya. Ya sudah aku cuma diberi obat alergi saja. Sepulang dari dokter aku masih berangkat ngajar les dan semua masih baik2 saja. Sepulangnya ngajar ternyata bintik merah tiba2 muncul lagi di leher dan ada memar di lengan dan kaki yang ketika ditekan juga sama sekali tidak sakit. Aku semakin bingung sebenarnya aku ini sakit apa.

Besoknya tanggal 29 Mei kebetulan hari libur, hari itu aku ada janji ketemuan dengan teman kuliahku. Sebelum berangkat aku ngrasa kurang enak badan, jadi aku tidur dulu sebentar. Bangun tidur rasanya sudah lebih baik dan aku pun berangkat ke tempat janjian sama teman2. Sampai di sana semua baik2 saja. Waktu itu kami berpindah ke tempat lain dan ketika di angkot tiba2 perasaanku mulai nggak enak, tiba2 jantungku rasanya gak enak. Ketika sampai di tempat makan perasaanku semakin tidak tenang, saat makan pun tidak tenang, sampai akhirnya ketika selesai makan aku ke kamar mandi dan aku merasa pusing dan jantungku berdetak kencang. Teman2ku jadi bingung semua lihat kondisiku. Udah temen2ku gak ada yang bawa motor, jadinya aku harus minta jemput. Orang tuaku kebetulan sedang liburan sama tetanggaku, sedangkan adekku masih masuk kerja, akhirnya aku minta jemput kakak iparku. Sesampainya di rumah kakakku, aku langsung tidur di kamarnya dan dibuatin jamu, tapi tetap saja jantung ini masih belum tenang. Aku sholat ashar dan magrib, lalu aku baca Al-Quran, Alhamdulillah rasanya sudah lebih tenang. Lalu aku dijemput sama orangtuaku, dan diajak mampir makan dulu. Sesampainya di rumah rasanya badan ini capek semua, lalu aku minta dipijatin sama mamaku. Sampe jam 12 malam, aku masih juga belum bisa tidur, hadap kanan hadap kiri, rasanya susah sekali buat tidur, hingga akhirnya jam 1 aku baru bisa tidur.

Hari jumat tanggal 30 Mei jam 5 pagi aku bangun, lalu sholat subuh dan ngaji. Saat ngaji ini tiba2 jantungku berdetak kencang lagi, rasanya sangat tidak tenang. Akhirnya sama mama disuruh telpon dokter puskesmas dan kata dokter puskesmas disuruh istirahat dulu saja sambil nunggu jam setengah 8 akan dijemput diantar ke puskesmas. Saat jam setengah 8 tepat, dokternya sudah sampai di rumah dan aku diantar papa ke puskesmas bersama dokternya. Sesampainya di puskesmas, aku menemui tetanggaku yang juga dokter di puskesmas. Beliau mengajakku ngobrol, beliau masih juga bingung sebenarnya aku ini sakit apa. Mungkin ketika ngobrol itu beliau melihat gusiku yang berdarah, langsung saja beliau jadi semakin bingung dan aku diajak ke ruang periksa. Disana semua petugas puskesmasnya jadi ikut bingung. Aku diperiksa tensi darah dan ternyata tensiku cukup tinggi 140/90. Lalu juga di tes untuk lihat apakah ada bintik di tekukan siku, ternyata ada 1 titik. Jadinya aku langsung dibuatkan surat rujukan ke rumah sakit dan sambil nunggu di cek laboratorium, aku disuruh istirahat di tempat tidur pasien sedangkan papaku mengurus askes. Aku menunggu sendiri di puskesmas, tapi beruntungnya beberapa dokter disitu sudah kukenal karena anak mereka adalah murid lesku. Padahal hari itu seharusnya aku ke kampus untuk mengikuti gladi bersih wisuda dan besoknya aku harus wisuda, tapi ya sudahlah bagaimana lagi ini sudah takdir dari Allah.

Mamaku tiba2 telpon mencariku dimana. Mamaku kelihatan sangat khawatir sekali. Mama buru2 dari sekolah diantar temannya ke puskesmas. Saat itu hasil lab juga sudah selesai, ternyata dari hasil pengamatan secara manual trombositku sudah tinggal 16.000. Akhirnya selang infus langsung dipasangkan di tangan kananku dan aku dipindahkan ke ambulance untuk dibawa ke rumah sakit sambil ditemani mamaku sedangkan papaku menyusul dengan membawa mobil sendiri. Rasanya aku juga sangat tidak menyangka, padahal badanku juga merasa baik2 saja ternyata aku didiagnosa demam berdarah dan trombosit juga sangat rendah. Saat perjalanan di ambulance aku beritahu temanku kalau aku tidak jadi ikut wisuda karena harus opname.

Sesampainya di rumah sakit aku dimasukkan ke ruang observasi dulu. Aku ditanya2 berapa hari demam, tapi aku sama sekali tidak pernah mengalami demam. Lalu aku diukur suhu tubuh, diambil darah lagi untuk mengecek jumlah trombosit dengan lebih akurat dan dipasangkan lagi selang infus di tangan sebelah kiri yang juga bisa digunakan untuk memasukkan obat. Hasil pengukuran suhu tubuh ternyata suhu tubuhku 37,4oC. Lalu saat itu juga aku sudah tidak diijinkan turun dari tempat tidur dan aku diharuskan memakai diapers agar tidak ke kamar mandi. Saat itu kebetulan aku belum sarapan jadi rasanya lapar sekali. Akhirnya aku segera dipindahkan ke kamar dan aku ditempatkan di paviliun Bougenville kamar 206. Sesampainya di kamar ternyata masih kosong, jadinya hanya aku di kamar itu.Kamarnya sangat dingin dan sangat nyaman, tapi ya senyaman-nyamannya kamar rumah sakit masih saja lebih nyaman kamar di rumah sendiri.

Karena sudah sangat lapar aku minta disuapi bubur yang sudah dibeli sebelum berangkat ke rumah sakit. Padahal aku itu tidak suka bubur ayam, tapi gak tau waktu itu aku lahap saja makan bubur ayam…hehe. Tidak lama kemudian ternyata sudah diberi makan siang dari rumah sakit, jadinya aku makan lagi sedikit. Menu dari rumah sakit tentunya menu sehat, karena belum terbiasa jadi rasanya agak eneg. Selesai makan aku disuruh istirahat, sambil nunggu dokternya datang. Dokter yang menangani aku namanya Dokter Didi Candrakusuma, beliau adalah dokter spesialis penyakit dalam. Sekitar jam 3 sore beliau datang dan menanyakan beberapa hal, salah satunya adalah aku demam berapa hari, karena memang diagnosa awal aku sakit demam berdarah. Beliau juga memberitahu hasil cek lab ku kalau jumlah trombositku hanya 4.000, malah jauh lebih rendah dari hasil lab di puskesmas. Beliau juga meminta perawat untuk mengambil darahku lagi sekitar jam 6 sore untuk melihat jumlah trombositku setelah istirahat dan diberi infus. Aku diberi infus dengan dosis yang lebih tinggi yang dapat mengikat trombosit lebih cepat. Keesokan paginya aku baru diberitahu hasil lab dari pengambilan darah jam 6 sore, ternyata jumlah trombosit hanya naik 1.000 menjadi 5.000.

Setiap pagi jam 5 para perawat akan keliling ke kamar2 untuk menyeka pasien. Setelah itu sekitar jam 6 jadwalnya mengambil darah dan akan rutin dilakukan setiap hari sampai aku diijinkan pulang. Lalu diukur tensi darahnya dan juga akan rutin dilakukan setelah pengambilan darah. Kemudian sekitar jam 7 sarapan pagi diantar ke kamar setelah sebelumnya diberikan susu putih hangat, lalu makan siang jam setengah 11 setelah sebelumnya diberikan snack dan makan sore diberikan jam 5. Agenda rutin itu dilakukan setiap hari di rumah sakit sampai aku diijinkan pulang.

Pada hari sabtu yang seharusnya aku wisuda, aku malah terbaring di rumah sakit.Tapi aku senang sekali karena banyak teman yang mengunjungiku.Ada Oky en pacar barunya (Cathryn), Nisyak, Mbk Zuri, Uus,  Iin dan suami plus si Hyu, Mbah Agung, AM, Riska, Layta, Komandan, Mas Ardy, Bimo, Amalia, Yunis, Army, Wulan dan pastinya dia juga datang bersama 2 temannya. Senang sekali rasanya dikunjungi mereka semua. Mungkin inilah cara Allah mempertemukanku dengan mereka yang sangat sangat kurindukan, tapi tak pernah punya cara untuk bisa bertemu dengan mereka. Kedatangan mereka benar2 bisa menjadi penyemangatku untuk segera sembuh.

Hari minggu jumlah trombositku hanya naik jadi 6.000, padahal hari sabtu malam aku sudah ditransfusi trombosit sebanyak 4 kantong @ 20.000 cc. Hari senin trombositku juga masih saja cuma naik 1.000 jadi 7.000. Dari hasil perlakuan selama 3 hari itu ternyata peningkatan trombositnya tidak signifikan, akhirnya pak dokter bilang kalau aku ini bukan sakit DBD tapi sakit ITP. Setelah aku baca2 lagi di internet ternyata memang tanda2 dan ciri2nya mirip sekali dengan yang aku alami. Jadinya setelah hari itu aku diberi obat jenis steroid yang diberikan 3 kali sehari dengan jam2 tertentu. Alhamdulillah esok harinya trombositku naik jadi 15.000 lalu jadi 26.000. Aku sudah boleh turun dari tempat tidur, jalan2 di dekat tempat tidur biar gak lemes. Sekalinya udah turun, aku pengen ke kamar mandi, tapi kayaknya emang aku ini terlalu memaksakan saat dari kamar mandi badanku lemas sekali rasanya mau pingsan. Kasihan mamaku yang harus memapah aku pelan2. Sepertinya tekanan darahku yang belum normal, keseimbangan tubuhku juga belum stabil. Tapi setelah saat itu, sudah lebih baik ketika jalan2. Sudah mulai gak banyak tiduran. Dan di hari terakhir sebelum pulang, aku pengen banget jalan2. Akhirnya mamaku pinjam kursi roda dan aku diajak jalan2 pake kursi roda, berasa kayak orang sakit beneran aja…hehe.

Hari terakhir tanggal 6 Juni 2014, akhirnya aku diijinkan pulang sama dokter. Sehari sebelumnya selang infus juga sudah dilepas. Tapi pada paginya perawat masih juga mengambil darahku. Sampai mau pulang pun aku masih juga belum tahu berapa jumlah trombositku. Setelah aku sama mama beres2 merapikan semua barang yang akan dibawa pulang, tiba2 ada apoteker yang datang mengantar obat. Obat yang harus diminum ada 3 jenis, tapi yang 1 jenis tidak perlu diminum dulu, karena trombositku sudah tinggi. Ternyata kata apoteker trombositku sudah 110.000. Mamaku terlihat senang sekali melihat perkembanganku. Akhirnya hari itu aku pulang ke rumah, meninggalkan semuanya yang ada di rumah sakit. Gak tau kenapa ada rasa haru karena harus meninggalkan rumah sakit. Karena rasanya sudah seperti di rumah sendiri, begitupun perawat2nya yang sangat baik, setiap pagi pasti mengunjungi semua pasien, menanyakan kondisi tubuhnya bagaiamana dan selalu mengingatkan untuk makan dan minum yang banyak.

Sepulang dari rumah sakit, badanku masih terasa lemas, berjalan pun masih harus pelan2 karena masih belum seimbang. Aku juga masih banyak istirahat dan tidak terlalu banyak aktivitas. Tak disangka 3 hari setelah pulang dari rumah sakit, aku mengalami pendarahan gusi lagi. Aku gak tau kenapa lagi. Mau kontrol ke dokter, tapi kata apoteker dulu disuruh kontrol kalau obatnya sudah habis dan obat baru habis itu pada hari rabu, jadi ya kita putuskan ke dokter pada hari rabu. Hari selasa masih juga pendarahan terus dan mulai muncul memar2 lagi. Akhirnya rabu pagi jam 9 aku periksa darah lagi ke laboratorium klinik, tapi hasilnya baru bisa diambil jam setengah12. Tapi tiba2 jam setengah 11, aku sudah ditelpon dari pihak laboratorium. Ternyata mereka mengabarkan kalau hasil lab ku sudah selesai dan aku disuruh segera ambil, karena jumlah trombositku sangat rendah, cuma 9.000. Dapat telpon itu rasanya aku jadi lemas lagi dan gemetaran rasanya. Aku takut sekali, aku cuma di tempat tidur saja sampai sore saat akan berangkat ke dokter.

Akhirnya aku baru berangkat ke dokter sekitar jam 4 dan sampai di rumah sakit jam 5an, sudah menjelang magrib. Aku sendirian menunggu di mobil sambil terus mengusap darah yang terus keluar dari gusiku, lemas sekali rasanya badanku. Akhirnya setelah magrib aku baru bisa diperiksa. Saat aku masuk ruang periksa, dokter menanyaiku apa badanku lemas, dan ketika ku jawab iya dokternya malah tersenyum. Ternyata kata dokter, jumlah trombosit rendah dengan badan lemas itu gak ada hubungannya, karena tensi darahku juga normal. Karena melihat jawaban dokter itu dan melihat ekspresinya yang sangat tenang membuatku juga merasa tenang dan badanku jadinya kembali lebih segar lagi. Dokter menjelaskan lagi penyebab sakitku itu dengan lebih jelas. Menurut beliau aku bisa menderita penyakit ini karena dipicu demam berdarah yang mungkin nggak aku rasain, akhirnya kebablasan lah jadi ITP ini. Senang sekali rasanya bisa mendapatkan dokter beliau, karena beliau sudah sangat berpengalaman sekali punya pasien ITP dan juga beliau enak diajak konsultasi. Setelah saat itu aku diharuskan minum obat steroid (methylprednisolone) itu dengan teratur, 3 kali sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 5 sore. Selain itu juga dilengkapi dengan vitamin B, vitamin D dan juga obat untuk lambung agar tidak iritasi. Selama pengobatan ini aku tidak boleh sampai luka, trus juga gak boleh sakit, flu sekalipun juga gak boleh, karena itu bisa menganggu pengobatannya. Jadi kemana2 aku harus pake masker dan kalau ada yang flu lebih baik menghindar.

Selama 22 hari aku harus minum obat steroid itu dengan dosis tinggi (3 x 16 mg). Alhamdulillah pada kontrol pertama, trombositku sudah naik jadi 34.000. Kemudian 2 minggu berikutnya aku kontrol kedua, trombositku sudah pada kisaran normal 164.000. Alhamdulillah seneng banget rasanya, begitupun mamaku. Karena melihat kondisi trombositku yang sangat baik, akhirnya dokter mulai menurunkan dosis obatku dengan pola tertentu mulai tanggal 3 Juli. Keharusan minum obat ini membuatku jadi tidak bisa puasa Ramadhan selama 20 hari. Sedih juga rasanya karena melewatkan bulan yang sangat mulia, bulan yang penuh berkah dan penuh ampunan. Tapi ya sudahlah, ini juga demi kesehatanku, insya Allah kalau sudah sehat pasti akan kuganti. Tapi efek dari terapi steroid itu bener2 luar biasa. Pipiku jadi tembem banget, namanya “moon face”. Belakangan aku baca di internet ternyata memang steroid itu sifatnya menahan air, biasanya di bagian pipi, perut sama bahu. Trus juga bikin jerawatan dan efek jangka panjangnya bisa bikin osteoporosis berat.

2 minggu kemudian, aku kembali kontrol lagi ke dokter dan hasil cek lab ku menunjukkan peningkatan trombositku menjadi 266.000. Alhamdulillah, karena perkembangan yang semakin baik jadinya dosis obatku semakin diturunkan lagi jadi hanya 1 kali sehari (1 x 4 mg). Akhirnya di 10 hari terakhir bulan Ramadhan aku bisa menjalankan puasa, nikmat sekali rasanya. Obat yang harus kuminum hanya tinggal vitamin2 saja. Aku juga bisa merasakan hari raya Idul Fitri dengan tenang, dengan kondisi kesehatan yang sudah sangat baik. Tanggal 4 Agustus aku harus kontrol lagi ke dokter untuk melihat kondisi trombositku setelah konsumsi steroid dihentikan. Alhamdulillah jumlah trombositku meningkat lagi menjadi 272.000. 2 minggu kemudian saat kontrol lagi aku pergi ke dokter sendiri, karena aku lihat mamaku sepertinya lagi banyak pikiran, papaku juga sedang gak enak badan. Aku periksa ke laboratorium sendiri dan saat kulihat hasilnya ternyata jumlah trombositku masih juga stabil 265.000. Saat kutunjukkan ke dokter, beliau terlihat lega juga, apalagi aku yang sakit. Beliau bilang kalau ya, aku sudah dinyatakan sembuh dan sakit yang kuderita kemarin adalah ITP akut. Dan beliau juga bilang semoga aku tidak kembali lagi kesana, yang berarti semoga aku selalu sehat…aamiin…
Alhamdulillahirobbil ‘alamin….

Beribu2 rasa syukur rasanya tak cukup kupanjatkan kehadirat Allah, yang tidak pernah sekalipun membuat hamba-Nya sengsara, tapi selalu memberikan pertolongan kepada hamba-Nya. Mungkin inilah cara Allah menyayangiku. Allah ingin agar aku lebih memperhatikan kesehatan dan memberikan kesempatan untukku beristirahat. Karena mungkin selama ini aku terlalu banyak aktivitas sampai2 kurang istirahat dan makan tidak teratur. Mungkin ini juga cara Allah melatih kesabaranku, karena ketika kita meminta kesabaran biasanya Allah malah akan member kita ujian. Dari apa yang kualami ini aku dapat satu pelajaran “SABAR, tergesa-gesa adalah perbuatan setan”. Selain itu hikmah yang lain adalah aku jadi bisa bertemu dengan orang2 yang sangat kurindukan. Mereka yang biasanya tidak pernah menghubungi, tiba2 menghubungiku dan menanyakan kabarku. Mereka yang sudah lama tidak bertemu, akhirnya aku bisa bertemu dengan mereka. Dan satu hal lagi, dari kejadian ini aku tahu kalau aku sangat sangat sangat mencintai mamaku, yang sudah sangat luar biasa pengorbanannya untukku. Yang dengan sabar menemaniku setiap hari di rumah sakit bahkan harus tidur di lantai, yang sudah memenuhi semua kebutuhanku selama di rumah sakit dan yang aku yakin selalu mendoakanku di setiap sholatnya. Entah harus bagaimana aku membalas semua kebaikan beliau, sepertinya semua yang kulakukan tak mungkin cukup untuk membalas semua kebaikan beliau. Yang bisa kulakukan mungkin hanya selalu membantu beliau selagi aku bisa, tidak pernah mengecewakannya dan tidak pernah membuatnya menangis. Semoga Allah selalu memberikan beliau kesehatan, kebahagiaan dunia akhirat, dan pastinya dapat masuk surga….Aamiin…I LOVE YOU, MOM…. ^_^



1 komentar: