9 Matahari…
Adalah sebuah judul novel
yang menceritakan perjalanan hidup penulisnya sendiri yang tentunya nama
tokoh-tokoh di dalamnya disamarkan lah ya, namanya juga novel….hehe
Dalam novel ini, si
penulis yang bernama asli Yuli Anita atau yang lebih dikenal dengan Adenita ini
bercerita tentang lika-liku perjalanan hidupnya dalam menggapai impiannya
Impian yang mungkin bagi
sebagian orang bukan hal yang sulit untuk didapatkan atau bahkan bagi sebagian
orang juga sangat sulit untuk didapatkan, sama sepertinya..
Sebuah impian sederhana
namun bisa menjadi investasi kehidupan yang dapat menunjukkan kualitas hidup
manusia di tengah masyarakat…
Yah, impian itu adalah
untuk bisa kuliah, menjadi sarjana, memberikan kebanggaan pada orang tua dan
tentunya dapat memperbaiki kehidupan keluarganya…
Perjuangannya untuk bisa
kuliah sangat luar biasa, di tengah kondisi ekonomi keluarga yang sedang
collapse sampai-sampai dia harus merengek-rengek pada kakaknya untuk minta
dibantu mencari utang kesana kemari, berusaha menyingkirkan rasa malu, dan
harus rela untuk berselisih pendapat dengan Bapaknya yang sangat menentang
keinginannya itu…
Tapi bukan Adenita
namanya kalau menyerah begitu saja karena halangan-halangan itu…
Dia tidak pernah menyerah
untuk memperjuangkan impiannya itu, hingga pada akhirnya dia bisa kuliah di
universitas yang cukup ternama di kota Bandung, ya walaupun dengan program
ekstensi….
Pada awal kuliah dia bisa
melewatinya dengan lancar meskipun dia lakukan sambil bekerja sebagai penyiar
radio juga, tapi ternyata penghasilannya sebagai penyiar radio tidak cukup
untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya, mulai dari untuk makan, uang kos,
transport dan tentunya untuk uang kuliah…
Tapi hebatnya dia adalah
dia tidak pernah mau merepotkan keluarganya, karena dia tahu keadaan ekonomi
keluarganya juga sudah tidak menentu, apalagi kuliah ini juga keinginan dirinya
sendiri, jadi mau tidak mau dia harus bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, dia
selalu bilang pada keluarganya bahwa dia baik-baik saja padahal sebenarnya
tidak…
Akhirnya dia harus
meminjam kesana kemari sampai akhirnya utangnya semakin menumpuk, berbagai cara
ia lakukan untuk dapat melunasi semua utangnya itu, salah satunya adalah dengan
mengikuti lomba membaca berita yang diadakan oleh salah satu stasiun TV, tapi
sepertinya takdir berkata lain menjelang acara final dia jatuh sakit karena
terlalu bersemangat dan akhirnya dia pun gagal mendapatkan hadiah lomba itu,
dan lagi-lagi dia masih belum bisa melunasi utang-utangnya…
Dia pun menjadi sangat
depresi, dia jatuh sakit, tidak sadarkan diri berhari-hari, sampai mengigau tak
jelas…
Semua kegiatan dia
tinggalkan, dia tak lagi kuliah, dia juga tak lagi siaran, semua orang yang
mengenalnya menjenguknya dan ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada
dirinya, tapi dia mengurungkan diri untuk menceritakan itu semua…
Tapi mungkin karena beban
itu sudah terlalu berat akhirnya dia pun menceritakannya pada teman kosnya dan
pada ibu temannya, Sansan, yang sangat perhatian sekali dengan dirinya…
Perlahan-lahan dia mulai
bisa bangkit, dia berusaha untuk mengikhlaskan semua yang telah terjadi pada
dirinya dan tidak lagi menyalahkan keadaan dan siapapun, pantang baginya untuk
menyerah atas perjuangan yang telah dia mulai ini…
Untuk kembali membangun
kepercayaan dirinya itu, dia mengikuti komunitas pecinta seni di Bandung,
disana dia bisa menemukan teman-teman dan orang-orang luar biasa yang bisa
memberikan motivasi pada dirinya…
Sampai pada akhirnya
pertolongan Tuhan pun datang dari ibu temannya, dia dibantu untuk membayar
semua tunggakan kuliahnya dan dibantu membayar uang kuliahnya hingga dia bisa
lulus kuliah, dia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia semakin
bersemangat kuliah hanya fokus untuk kuliah, ya walaupun dia masih tetap siaran
tapi itu hanyalah sampingan…
Di saat dia mulai
mengerjakan skripsi, mulai banyak permasalahan yang menghampirinya lagi, mulai
dia harus putus cinta, dosen pembimbing yang sakit dan dia juga merasa
kehilngan “keluarga Seruling” yang selama ini sudah baik padanya…
Dia berusaha untuk tetap
menjadi pribadi yang kuat menghadapi semua cobaan itu, dia tak lagi banyak
mengeluh tapi justru semakin banyak bersyukur, apalagi setelah dia mendapatkan
suntikan semangat dari kedua orang tuanya hingga akhirnya dia dapat
menyelesaikan skripsinya itu dengan nilai memuaskan…
Akhirnya dia bisa lulus
dengan tambahan gelar di belakang namanya dengan lama studi 6 tahun karena 3
semester dia cuti kuliah, tentu sebuah kebanggaan tiada tara apalagi perjuangan
untuk mendapatkan gelar itu sungguh sangat luar biasa, tapi perjuangan itu
tidak sampai disini saja, dia masih harus menanggung utang hingga puluhan juta
yang belum bisa dia lunasi…
Jika melihat sekelumit
cerita di novel ini tentunya membuat siapapun yang saat ini sedang kuliah dan
sedang melakukan penelitian untuk menyelesaikan skripsinya seharusnya bisa
bersyukur karena bisa menjalankan itu semua tanpa terkendala masalah biaya,
tanpa perlu berpikir bagaimana cara membayar uang kuliah, tanpa perlu membagi
pikiran untuk bekerja juga, dan tentunya tanpa perlu khawatir sendiri karena
keluarga selalu mendukung kita…
Kita harus sangat-sangat
bersyukur karena memiliki orang tua yang sangat mendukung kita untuk menuntut
ilmu hingga kuliah dan orang tua yang masih mampu membiayai kita untuk belajar
jadi kita bisa lebih fokus untuk menyelesaikan studi kita…
Jadi kalau kita melihat
lagi pada diri kita, tentunya hanya ucapan syukur yang seharusnya terus kita
ucapkan dan bukan mengeluh…
“Maka nikmat Tuhanmu yang
manakah yang kamu dustakan?” (Q.S. Ar-Rahman)
Dari sekelumit cerita
dalam novel ini tentunya terdapat juga kutipan-kutipan yang mungkin dapat
dijadikan sebagai tambahan ilmu, motivasi dan bahan renungan bagi kita…
1.
Untuk
dapat mewujudkan mimpi dan impian kita dalam kehidupan ini harus ada manajemen
khusus karena….
“sekarang ini
punya otak encer saja tidak cukup untuk mendapatkan gelar sarjana. Apalagi
dengan kemampuan biasa-biasa saja, karena untuk memasuki tahap itu paling tidak
calon sarjana harus punya syarat lain yaitu kemampuan membayar alias memiliki
dana yang cukup. Dan… hal itu saja ternyata belum cukup. Rasanya nasib baik
juga mesti dimasukkan sebagai faktor x keberhasilan seseorang menjadi sarjana.
Namun sebenarnya nasib baik bisa diciptakan melalui usaha maksimal dan
kegigihan”
2.
Apa
sih sebenarnya makna sarjana dalam novel ini??
“Sarjana
adalah predikat yang menandai bahwa sesorang menguasai suatu disiplin ilmu
tertentu dan predikat itu mendudukkannya pada posisi penting. Bermodalkan
pengetahuan, seseorang juga bisa berbuat lebih baik daripada orang lain yang
tidak bermodalkan pengetahuan”
3.
Gimana
sih filosofi dari kuliah itu sendiri??
“Kuliah itu
sebenarnya mudah …. Yang susah itu menyelesaikannya. Banyak orang berhenti di
tengah jalan karena tidak punya motivasi yang kuat. Banyak orang menganggap
kuliah itu susah. Padahal kuliah itu ibarat menjatuhkan sehelai daun ke aliran
sungai, tinggal ikuti arusnya saja maka akan sampai di ujung. Kalian tinggal ikut
aturan main dan mengikuti alirannya…. Hadir kuliah, mengerjakan tugas dan ikut
ujian, dijamin lulus tepat waktu! Simpel kan?”
4.
Menurut
penyiar di salah satu radio,
“... orang
hebat adalah orang yang bisa bersalaman dengan kesulitan. Jadi kalau kamu semua
lagi punya kesulitan, hadapi! Jangan takut…. Ibaratnya gini loh, kamu sudah
memutuskan untuk menceburkan diri ke sungai maka pilihannya adalah terus
berenang untuk sampai ke tepian dan meraih semuanya. Menyerah bukan pilihan
untuk hidup. Karena menyerah cuma akan membuat kamu tenggelam di tengah sungai
dan mati tanpa diketahui orang.”
5.
Seperti
apa sih keadaan pendidikan di negeri kita ini…
“Pendidikan
itu ada untuk memberikan peluang. Peluang untuk pengakuan derajat seorang
manusia, membebaskan diri dari penindasan karena kebodohan dan memajukan diri
dari ketertinggalan. Tapi ketika melihat pendidikan di seluruh dunia,
pendidikan kita itu masih vertikal. Contohnya, masih ingat kan waktu kita
disuruh menghafal RPUL, P4 atau pelajaran-pelajaran lainnya? Proses pendidikan
kita itu masih sekedar transfer informasi guru dengan murid, berlangsung
sepihak. Murid-muridnya belum sampai diajak berkreasi dan mengeluarkan
kemampuannya yang terpendam. Murid tidak diajak berpikir mandiri. Murid-murid
dibebani dengan hafalan atau rumus, tapi mereka tidak sanggup menerjemahkan
langsung ke kehidupan nyata… masih hafalan, bukan pemahaman”
6.
Untuk
seorang lulusan universitas, hal apa sih yang penting…
“Penelitian di
Amerika bilang, IP itu no 17 dari 20 kualitas yang dianggap penting dari
seorang lulusan universitas selain pengalaman adalah soft skill dan kemampuan berkomunikasi. Soft skill adalah kemampun tidak terlihat yang diperlukan untuk
menjadi sukses, misalnya kemampuan bekerjasama, motivasi, kemampuan
berorganisasi, percaya diri, kepribadian yang ramah, dan integritas. Kemampuan
berkomunikasi juga penting karena mau sepintar apapun, kalau tidak mampu
berkomunikasi dengan baik, nihil! Punya ide brilian tapi tiak mampu
mengkomunikasikannya dengan baik, maka tidak akan ada yang menganggap ide itu
sebagai ide yang brilian”
7.
Ternyata
dalam novel ini juga diceritakan realita anak kuliahan yang sepertinya itu
terjadi di semua universitas di Indonesia ya….hehe
“Di kuliah
ada yang disebut kelompok invisible.
Nama-nama anggota kelompok yang satu ini selalu tercantum pada lembar presensi
dan lengkap dengan tandatangannya, meski tarikan garisnya tidak pernah sama,
tapi aku tidak pernah menemukan sosoknya di kelas. Sisanya, berpencar sebagai
individu kampus yang datang memang untuk kuliah dan pulang secepat mereka bisa.
Berkelompok adalah cara manusia untuk memperlihatkan kekuatannya yang tidak
bisa ia lakukan jika sendiri. Pengelompokkan itu menjadi semakin jelas sekali
terlihat ketika ada tugas kelompok . Semua orang akan langsung menuliskan nama
teman-teman yang mereka pilih berdasarkan kategori yang sudah mereka buat
sendiri, meskipun sebenarnya pada saat itu teman yang mereka tulis tidak ada di
kelas. Sejujurnya konsep itu tidak bisa diterima. Meskipun pada akhirnya
diketahui bahwa kesamaan akan hal-hal tertentu akan mendorong orang-orang untuk
saling tertarik hingga komunikasi menjadi lebih efektif. Namun cara berkelompok
seperti itu kurang sehat dan tidak berkembang”
8.
Filofosi
sebuah kata yang bernama “skripsi”…
“Skripsi itu
permainan mental. Dia seperti perang Suntzu.
Jadi sebelum perang, energinya dibikin habis buat hal-hal yang nggak penting.
Nanti waktu perang sebenarnya kita sudah kehabisan energi”
9.
Seandainya
bisa mendengarkan kata-kata ini saat aku wisuda nanti…
“Meluluskan
sarjana memang seperti sebuah mata uang dengan dua sisi. Tidak diluluskan daya
tampungperguruan tinggi penuh sesak, diluluskan juga tidak menyelesaikan
masalah karena ratusan bahkan ribuan sarjana lain sudah mendahului untuk berebut
lahan pekerjaan. Belajar tidak sampai disini, inilah saatnya kalian kembali
kepada masyarakat, kembali kepada orang tua dan saatnya menunjukkan kontribusi
anda kepada kemajuan bangsa. Anda adalah matahari-matahari bangsa ini,
bersinarlah dengan ilmu yang anda miliki saat ini!”
10. Pentingnya sebuah komunikasi…
“Komunikasi
merupakan sebuah ujung tombak dari suatu hubungan. Ia harus selalu berjalan
dengan baik. Mengharapkan orang lain mengerti tanpa kita memberikan pengertian
kepada mereka adalah sebuah kesalahan besar. Waktu sosialisasi yang kurang
ternyata berdampak besar terhadap kepercayaan orang-orang disekitar kita”
11. “Ilmu memang ibarat minum air laut,
semakin diminum, semakin tak pernah bisa memuaskan dahaga”
12. Tujuan dari adanya masalah dalam
hidup kita adalah…
“Sebuah
masalah terjadi adalah karena sebuah tujuan, membuat mental dan jiwa menjadi
tangguh. Kita juga mendapat sebuah pelajaran baru, kecantikan hati terlihat
ketika hati bersih dari berbagai prasangka, dendam dan sakit hati. A good heart is better than all the head in
the world”
13. Ketika ada masalah yang sangat berat,
apa yang seharusnya kita lakukan??
“Masalah
bukan untuk dilupakan, tapi di-release,
diikhlaskan…Kalau kita tidak bisa melupakan mengikhlaskan masalah itu, dia akan mendatangi kita lagi suatu saat
nanti, entah besok, lusa, tahun depan, 5 tahun lagi, 10 tahun lagi, bahkan
mungkin sepanjang kita hidup. Karena kita tidak pernah menyelesaikannya”
14. Apa itu “sekolah kehidupan”?
“Jika kita
menghayati makna belajar yang sesungguhnya bahwa sebenarnya setiap hari itu
kita belajar, banyak hal yang tidak diajarkan di sekolah formal tapi justru
dalam kehidupan nyata. Di kampus atau sekolah kita tidak diajarkan bagaimana
cara menghadapi masalah kehidupan. Dari mana kita tahu cara merasakan ikhlas
hatai, kalau kita tidak bertemu dengan masalah. Dan tahu pahitnya gagal kalau
tidak mengalami sendiri? Apa diajarkan bagaimana supaya jadi orang yang kuat
tanpa kita dikasih ujian? Tidak! Kalau kita minta menjadi orang yang sabar,
maka tidak serta merta kita diberikan orang-orang yang sabar di sekitar kita.
Biasanya malah kita akan dipertemukan dengan orang-orang yang akan menguji
tingkat kesabaran kita. Semuanya itu didapatkan dari sekolah kehidupan ini. Sekolah
kehodupan memang tidak punya ijazah, tidak punya titel. Tapi, sekolah itu yang
akan memberikan label pada kita, seperti apa kita ingin dikenal dalam hidup
kita”
15. Apa makna dari “tidak menggunakan
jarimu untuk menunjuk dan menyalahkan orang lain”?
“Terkadang
dalam hidup, tanpa sadar mungkin kita mudah sekali menunjuk orang lain sebagai
penyebab kegagalan. Padahal barangkali kegagalan itu ada pada diri kita
sendiri. Bukan juga kemudian jadi terus menyalahkan diri, tapi kita diajak
untuk melihat sebauh permasalahan secara menyeluruh dan mengevaluasi peran kita
sendiri terlebih dahulu sebelum menunjuk orang lain. Fokus pada pemecahan
masalah, bukan terus mengkambinghitamkan orang lain.
16. Janganlah kita pernah memendam rasa
dendam pada orang lain!!
“Putuskan
rantai dendam yang ada dalam diri kamu. Dendam membuat hati kita jadi keruh,
kotor, butek, lemah dan nantinya akan membusuk. Ibarat perang, hati adalah
panglima. Bayangkan, sang panglima tertinggi yang harus membuat
keputusan-keputusan penting dalam waktu singkat malah terbaring sakit, lemah
tak berdaya”
17. Kita memang harus selalu bersyukur
atas apa yang telah kita miliki saat ini, karena…
“when you’re wishing to be someone else,
someone else in somewhere is wishing to be you…”
18. “Estafet kehidupan” itu….
“Di saat kita
merasa sering diberikan sesuatu yang berharga dari orang lain, itu artinya kita
juga bisa memenuhi yang orang lain inginkan, begitu juga sebaliknya. Jadi
intinya kebaikan itu harus diteruskan”
19. Lagi-lagi pelajaran hidup yang bisa
kita ambil dari novel ini…
“Dalam sebuah
kehidupan, kita harus belajar melepaskan orang-orang yang kita cintai pergi.
Karena memang suka atau tidak, mau atau menolak, sebuah perpisahan itu akan
selalu ada dalam bagian kehidupan”
20. Sesuatu yang akan kita dapatkan
dengan adanya perubahan…
“Perubahan
sekecil apa pun dalam diri kita, akan mampu mengubah banyak hal penting dalam
hidup kita. Perubahan yang lebih baik. Semuanya harus dimulai dari kita
sendiri. Apa yang kita lakukan hanyalah setetes embun di padang gersang. Tapi
yakinlah, jika dilakukan terus menerus, tetesan itu bisa menjadi oase cinta dan
kesegaran”
21. “Seorang pemenang adalah seorang yang
berhasil menyelesaikan setengah pekerjaannya ketika orang lain sedang terlelap”
22. “The
things always happens that you really believe in, and the belief in a thing mak
it happen….”
23. “You
can change all things for the better when you change yourself for the better”
24. “You can’t choose your family but you can choose your friend to be your
family”
25. Apa makna angka 9 dari novel ini??
“Sembilan itu
adalah angka yang pas untuk melambangkan betapa bernilai dan dan berharganya
sesuatu. Angka itu berada di atas rata-rata, tapi masih menyisakan satu ruang
untuk terus mencapai kesempurnaan. Angka 9 masih akan terus mencapai perbaikan
diri untuk menjadi 10. Itu yang akan membuatnya terus bergerak, melakukan hal
yang lebih baik dari waktu ke waktu… Dari bentuknya, angka 9 lebih menawan.
Kalau diperhatikan angka 8 itu membuat dua bulatan yang tertutup. Sementara
angka 9, bagian atasnya membentuk sebuah lingkaran yang berarti ruang pribadi
bagi setiap orang, Seperti sebuah tempat untuk menyimpan keyakinan yang tidak
akan terganggu. Sementara buntut di bawahnya adalah ruang terbuka, tempat orang
itu bisa terus mengasah dirinya untuk menerima wawasan dan pengetahuan baru,
serta akhirnya membuat dirinya terus menerus termotivasi untuk bisa lebih baik
lagi. Dan, sembilan itu adalah niali buat seseorang yang terus membawa
impiannya dengan semangat matahari”
26. Dan, kenapa harus “matahari”??
“Matahari itu
nggak akan bergeser kalau bulan dan bintang belum muncul. Matahari yang akan
terus menerus memberi energi, kehangatan, dan cahaya buat alam semesta. Kadang
dia dicaci kalau bersinar terlalu terik, kadang dia juga diprotes kalau tampak
sayu dan sedikit bermalas-malasan. Tapi….nggak peduli apa pun itu, matahari
selalu muncul setiap hari dengan segala yang dia punya. Dia juga harus berbagi
peran dengan bulan dan bintang. Tapi bukan berarti matahari itu berhenti
bersinar, justru dia lagi bersinar hangat di belahan bumi yang lain. Matahari
yang mengajarkan banyak pada kita untuk terus berbagi. Supaya kita benar-benar
tahu peran kita dan bisa merasakan jiwa kita hidup…”
Sebuah karya yang sangat
luar biasa memberikan motivasi baik untuk pendidikan maupun motivasi untuk
menjalani kehidupan ini…
Banyak kata-kata
penyemangat yang semakin meningkatkan gairah semangat dalam diri…
Semoga dapat bermanfaat
untuk kita semua…
Ada satu pepatah yang
mengatakam “ketika kita punya satu alasan untuk mengeluh, maka kita punya ribuan
alasan untuk slalu bersyukur”
^___^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar