Sabtu, 27 Oktober 2012

9 Matahari




9 Matahari…
Adalah sebuah judul novel yang menceritakan perjalanan hidup penulisnya sendiri yang tentunya nama tokoh-tokoh di dalamnya disamarkan lah ya, namanya juga novel….hehe
Dalam novel ini, si penulis yang bernama asli Yuli Anita atau yang lebih dikenal dengan Adenita ini bercerita tentang lika-liku perjalanan hidupnya dalam menggapai impiannya
Impian yang mungkin bagi sebagian orang bukan hal yang sulit untuk didapatkan atau bahkan bagi sebagian orang juga sangat sulit untuk didapatkan, sama sepertinya..
Sebuah impian sederhana namun bisa menjadi investasi kehidupan yang dapat menunjukkan kualitas hidup manusia di tengah masyarakat…
Yah, impian itu adalah untuk bisa kuliah, menjadi sarjana, memberikan kebanggaan pada orang tua dan tentunya dapat memperbaiki kehidupan keluarganya…
Perjuangannya untuk bisa kuliah sangat luar biasa, di tengah kondisi ekonomi keluarga yang sedang collapse sampai-sampai dia harus merengek-rengek pada kakaknya untuk minta dibantu mencari utang kesana kemari, berusaha menyingkirkan rasa malu, dan harus rela untuk berselisih pendapat dengan Bapaknya yang sangat menentang keinginannya itu…
Tapi bukan Adenita namanya kalau menyerah begitu saja karena halangan-halangan itu…
Dia tidak pernah menyerah untuk memperjuangkan impiannya itu, hingga pada akhirnya dia bisa kuliah di universitas yang cukup ternama di kota Bandung, ya walaupun dengan program ekstensi….
Pada awal kuliah dia bisa melewatinya dengan lancar meskipun dia lakukan sambil bekerja sebagai penyiar radio juga, tapi ternyata penghasilannya sebagai penyiar radio tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya, mulai dari untuk makan, uang kos, transport dan tentunya untuk uang kuliah…
Tapi hebatnya dia adalah dia tidak pernah mau merepotkan keluarganya, karena dia tahu keadaan ekonomi keluarganya juga sudah tidak menentu, apalagi kuliah ini juga keinginan dirinya sendiri, jadi mau tidak mau dia harus bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, dia selalu bilang pada keluarganya bahwa dia baik-baik saja padahal sebenarnya tidak…
Akhirnya dia harus meminjam kesana kemari sampai akhirnya utangnya semakin menumpuk, berbagai cara ia lakukan untuk dapat melunasi semua utangnya itu, salah satunya adalah dengan mengikuti lomba membaca berita yang diadakan oleh salah satu stasiun TV, tapi sepertinya takdir berkata lain menjelang acara final dia jatuh sakit karena terlalu bersemangat dan akhirnya dia pun gagal mendapatkan hadiah lomba itu, dan lagi-lagi dia masih belum bisa melunasi utang-utangnya…
Dia pun menjadi sangat depresi, dia jatuh sakit, tidak sadarkan diri berhari-hari, sampai mengigau tak jelas…
Semua kegiatan dia tinggalkan, dia tak lagi kuliah, dia juga tak lagi siaran, semua orang yang mengenalnya menjenguknya dan ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya, tapi dia mengurungkan diri untuk menceritakan itu semua…
Tapi mungkin karena beban itu sudah terlalu berat akhirnya dia pun menceritakannya pada teman kosnya dan pada ibu temannya, Sansan, yang sangat perhatian sekali dengan dirinya…
Perlahan-lahan dia mulai bisa bangkit, dia berusaha untuk mengikhlaskan semua yang telah terjadi pada dirinya dan tidak lagi menyalahkan keadaan dan siapapun, pantang baginya untuk menyerah atas perjuangan yang telah dia mulai ini…
Untuk kembali membangun kepercayaan dirinya itu, dia mengikuti komunitas pecinta seni di Bandung, disana dia bisa menemukan teman-teman dan orang-orang luar biasa yang bisa memberikan motivasi pada dirinya…
Sampai pada akhirnya pertolongan Tuhan pun datang dari ibu temannya, dia dibantu untuk membayar semua tunggakan kuliahnya dan dibantu membayar uang kuliahnya hingga dia bisa lulus kuliah, dia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia semakin bersemangat kuliah hanya fokus untuk kuliah, ya walaupun dia masih tetap siaran tapi itu hanyalah sampingan…
Di saat dia mulai mengerjakan skripsi, mulai banyak permasalahan yang menghampirinya lagi, mulai dia harus putus cinta, dosen pembimbing yang sakit dan dia juga merasa kehilngan “keluarga Seruling” yang selama ini sudah baik padanya…
Dia berusaha untuk tetap menjadi pribadi yang kuat menghadapi semua cobaan itu, dia tak lagi banyak mengeluh tapi justru semakin banyak bersyukur, apalagi setelah dia mendapatkan suntikan semangat dari kedua orang tuanya hingga akhirnya dia dapat menyelesaikan skripsinya itu dengan nilai memuaskan…
Akhirnya dia bisa lulus dengan tambahan gelar di belakang namanya dengan lama studi 6 tahun karena 3 semester dia cuti kuliah, tentu sebuah kebanggaan tiada tara apalagi perjuangan untuk mendapatkan gelar itu sungguh sangat luar biasa, tapi perjuangan itu tidak sampai disini saja, dia masih harus menanggung utang hingga puluhan juta yang belum bisa dia lunasi…
Jika melihat sekelumit cerita di novel ini tentunya membuat siapapun yang saat ini sedang kuliah dan sedang melakukan penelitian untuk menyelesaikan skripsinya seharusnya bisa bersyukur karena bisa menjalankan itu semua tanpa terkendala masalah biaya, tanpa perlu berpikir bagaimana cara membayar uang kuliah, tanpa perlu membagi pikiran untuk bekerja juga, dan tentunya tanpa perlu khawatir sendiri karena keluarga selalu mendukung kita…
Kita harus sangat-sangat bersyukur karena memiliki orang tua yang sangat mendukung kita untuk menuntut ilmu hingga kuliah dan orang tua yang masih mampu membiayai kita untuk belajar jadi kita bisa lebih fokus untuk menyelesaikan studi kita…
Jadi kalau kita melihat lagi pada diri kita, tentunya hanya ucapan syukur yang seharusnya terus kita ucapkan dan bukan mengeluh…
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S. Ar-Rahman)



Dari sekelumit cerita dalam novel ini tentunya terdapat juga kutipan-kutipan yang mungkin dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu, motivasi dan bahan renungan bagi kita…
1.        Untuk dapat mewujudkan mimpi dan impian kita dalam kehidupan ini harus ada manajemen khusus karena….
“sekarang ini punya otak encer saja tidak cukup untuk mendapatkan gelar sarjana. Apalagi dengan kemampuan biasa-biasa saja, karena untuk memasuki tahap itu paling tidak calon sarjana harus punya syarat lain yaitu kemampuan membayar alias memiliki dana yang cukup. Dan… hal itu saja ternyata belum cukup. Rasanya nasib baik juga mesti dimasukkan sebagai faktor x keberhasilan seseorang menjadi sarjana. Namun sebenarnya nasib baik bisa diciptakan melalui usaha maksimal dan kegigihan”
2.        Apa sih sebenarnya makna sarjana dalam novel ini??
“Sarjana adalah predikat yang menandai bahwa sesorang menguasai suatu disiplin ilmu tertentu dan predikat itu mendudukkannya pada posisi penting. Bermodalkan pengetahuan, seseorang juga bisa berbuat lebih baik daripada orang lain yang tidak bermodalkan pengetahuan”
3.        Gimana sih filosofi dari kuliah itu sendiri??
“Kuliah itu sebenarnya mudah …. Yang susah itu menyelesaikannya. Banyak orang berhenti di tengah jalan karena tidak punya motivasi yang kuat. Banyak orang menganggap kuliah itu susah. Padahal kuliah itu ibarat menjatuhkan sehelai daun ke aliran sungai, tinggal ikuti arusnya saja maka akan sampai di ujung. Kalian tinggal ikut aturan main dan mengikuti alirannya…. Hadir kuliah, mengerjakan tugas dan ikut ujian, dijamin lulus tepat waktu! Simpel kan?”
4.        Menurut penyiar di salah satu radio,
“... orang hebat adalah orang yang bisa bersalaman dengan kesulitan. Jadi kalau kamu semua lagi punya kesulitan, hadapi! Jangan takut…. Ibaratnya gini loh, kamu sudah memutuskan untuk menceburkan diri ke sungai maka pilihannya adalah terus berenang untuk sampai ke tepian dan meraih semuanya. Menyerah bukan pilihan untuk hidup. Karena menyerah cuma akan membuat kamu tenggelam di tengah sungai dan mati tanpa diketahui orang.”
5.        Seperti apa sih keadaan pendidikan di negeri kita ini…
“Pendidikan itu ada untuk memberikan peluang. Peluang untuk pengakuan derajat seorang manusia, membebaskan diri dari penindasan karena kebodohan dan memajukan diri dari ketertinggalan. Tapi ketika melihat pendidikan di seluruh dunia, pendidikan kita itu masih vertikal. Contohnya, masih ingat kan waktu kita disuruh menghafal RPUL, P4 atau pelajaran-pelajaran lainnya? Proses pendidikan kita itu masih sekedar transfer informasi guru dengan murid, berlangsung sepihak. Murid-muridnya belum sampai diajak berkreasi dan mengeluarkan kemampuannya yang terpendam. Murid tidak diajak berpikir mandiri. Murid-murid dibebani dengan hafalan atau rumus, tapi mereka tidak sanggup menerjemahkan langsung ke kehidupan nyata… masih hafalan, bukan pemahaman”
6.        Untuk seorang lulusan universitas, hal apa sih yang penting…
“Penelitian di Amerika bilang, IP itu no 17 dari 20 kualitas yang dianggap penting dari seorang lulusan universitas selain pengalaman adalah soft skill dan kemampuan berkomunikasi. Soft skill adalah kemampun tidak terlihat yang diperlukan untuk menjadi sukses, misalnya kemampuan bekerjasama, motivasi, kemampuan berorganisasi, percaya diri, kepribadian yang ramah, dan integritas. Kemampuan berkomunikasi juga penting karena mau sepintar apapun, kalau tidak mampu berkomunikasi dengan baik, nihil! Punya ide brilian tapi tiak mampu mengkomunikasikannya dengan baik, maka tidak akan ada yang menganggap ide itu sebagai ide yang brilian”
7.        Ternyata dalam novel ini juga diceritakan realita anak kuliahan yang sepertinya itu terjadi di semua universitas di Indonesia ya….hehe
“Di kuliah ada yang disebut kelompok invisible. Nama-nama anggota kelompok yang satu ini selalu tercantum pada lembar presensi dan lengkap dengan tandatangannya, meski tarikan garisnya tidak pernah sama, tapi aku tidak pernah menemukan sosoknya di kelas. Sisanya, berpencar sebagai individu kampus yang datang memang untuk kuliah dan pulang secepat mereka bisa. Berkelompok adalah cara manusia untuk memperlihatkan kekuatannya yang tidak bisa ia lakukan jika sendiri. Pengelompokkan itu menjadi semakin jelas sekali terlihat ketika ada tugas kelompok . Semua orang akan langsung menuliskan nama teman-teman yang mereka pilih berdasarkan kategori yang sudah mereka buat sendiri, meskipun sebenarnya pada saat itu teman yang mereka tulis tidak ada di kelas. Sejujurnya konsep itu tidak bisa diterima. Meskipun pada akhirnya diketahui bahwa kesamaan akan hal-hal tertentu akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik hingga komunikasi menjadi lebih efektif. Namun cara berkelompok seperti itu kurang sehat dan tidak berkembang”
8.        Filofosi sebuah kata yang bernama “skripsi”…
“Skripsi itu permainan mental. Dia seperti perang Suntzu. Jadi sebelum perang, energinya dibikin habis buat hal-hal yang nggak penting. Nanti waktu perang sebenarnya kita sudah kehabisan energi”
9.        Seandainya bisa mendengarkan kata-kata ini saat aku wisuda nanti…
“Meluluskan sarjana memang seperti sebuah mata uang dengan dua sisi. Tidak diluluskan daya tampungperguruan tinggi penuh sesak, diluluskan juga tidak menyelesaikan masalah karena ratusan bahkan ribuan sarjana lain sudah mendahului untuk berebut lahan pekerjaan. Belajar tidak sampai disini, inilah saatnya kalian kembali kepada masyarakat, kembali kepada orang tua dan saatnya menunjukkan kontribusi anda kepada kemajuan bangsa. Anda adalah matahari-matahari bangsa ini, bersinarlah dengan ilmu yang anda miliki saat ini!”
10.    Pentingnya sebuah komunikasi…
“Komunikasi merupakan sebuah ujung tombak dari suatu hubungan. Ia harus selalu berjalan dengan baik. Mengharapkan orang lain mengerti tanpa kita memberikan pengertian kepada mereka adalah sebuah kesalahan besar. Waktu sosialisasi yang kurang ternyata berdampak besar terhadap kepercayaan orang-orang disekitar kita”
11.    “Ilmu memang ibarat minum air laut, semakin diminum, semakin tak pernah bisa memuaskan dahaga”
12.    Tujuan dari adanya masalah dalam hidup kita adalah…
“Sebuah masalah terjadi adalah karena sebuah tujuan, membuat mental dan jiwa menjadi tangguh. Kita juga mendapat sebuah pelajaran baru, kecantikan hati terlihat ketika hati bersih dari berbagai prasangka, dendam dan sakit hati. A good heart is better than all the head in the world
13.    Ketika ada masalah yang sangat berat, apa yang seharusnya kita lakukan??
“Masalah bukan untuk dilupakan, tapi di-release, diikhlaskan…Kalau kita tidak bisa melupakan mengikhlaskan masalah  itu, dia akan mendatangi kita lagi suatu saat nanti, entah besok, lusa, tahun depan, 5 tahun lagi, 10 tahun lagi, bahkan mungkin sepanjang kita hidup. Karena kita tidak pernah menyelesaikannya”
14.    Apa itu “sekolah kehidupan”?
“Jika kita menghayati makna belajar yang sesungguhnya bahwa sebenarnya setiap hari itu kita belajar, banyak hal yang tidak diajarkan di sekolah formal tapi justru dalam kehidupan nyata. Di kampus atau sekolah kita tidak diajarkan bagaimana cara menghadapi masalah kehidupan. Dari mana kita tahu cara merasakan ikhlas hatai, kalau kita tidak bertemu dengan masalah. Dan tahu pahitnya gagal kalau tidak mengalami sendiri? Apa diajarkan bagaimana supaya jadi orang yang kuat tanpa kita dikasih ujian? Tidak! Kalau kita minta menjadi orang yang sabar, maka tidak serta merta kita diberikan orang-orang yang sabar di sekitar kita. Biasanya malah kita akan dipertemukan dengan orang-orang yang akan menguji tingkat kesabaran kita. Semuanya itu didapatkan dari sekolah kehidupan ini. Sekolah kehodupan memang tidak punya ijazah, tidak punya titel. Tapi, sekolah itu yang akan memberikan label pada kita, seperti apa kita ingin dikenal dalam hidup kita”
15.    Apa makna dari “tidak menggunakan jarimu untuk menunjuk dan menyalahkan orang lain”?
“Terkadang dalam hidup, tanpa sadar mungkin kita mudah sekali menunjuk orang lain sebagai penyebab kegagalan. Padahal barangkali kegagalan itu ada pada diri kita sendiri. Bukan juga kemudian jadi terus menyalahkan diri, tapi kita diajak untuk melihat sebauh permasalahan secara menyeluruh dan mengevaluasi peran kita sendiri terlebih dahulu sebelum menunjuk orang lain. Fokus pada pemecahan masalah, bukan terus mengkambinghitamkan orang lain.
16.    Janganlah kita pernah memendam rasa dendam pada orang lain!!
“Putuskan rantai dendam yang ada dalam diri kamu. Dendam membuat hati kita jadi keruh, kotor, butek, lemah dan nantinya akan membusuk. Ibarat perang, hati adalah panglima. Bayangkan, sang panglima tertinggi yang harus membuat keputusan-keputusan penting dalam waktu singkat malah terbaring sakit, lemah tak berdaya”
17.    Kita memang harus selalu bersyukur atas apa yang telah kita miliki saat ini, karena…
when you’re wishing to be someone else, someone else in somewhere is wishing to be you…”
18.    “Estafet kehidupan” itu….
“Di saat kita merasa sering diberikan sesuatu yang berharga dari orang lain, itu artinya kita juga bisa memenuhi yang orang lain inginkan, begitu juga sebaliknya. Jadi intinya kebaikan itu harus diteruskan”
19.    Lagi-lagi pelajaran hidup yang bisa kita ambil dari novel ini…
“Dalam sebuah kehidupan, kita harus belajar melepaskan orang-orang yang kita cintai pergi. Karena memang suka atau tidak, mau atau menolak, sebuah perpisahan itu akan selalu ada dalam bagian kehidupan”
20.    Sesuatu yang akan kita dapatkan dengan adanya perubahan…
“Perubahan sekecil apa pun dalam diri kita, akan mampu mengubah banyak hal penting dalam hidup kita. Perubahan yang lebih baik. Semuanya harus dimulai dari kita sendiri. Apa yang kita lakukan hanyalah setetes embun di padang gersang. Tapi yakinlah, jika dilakukan terus menerus, tetesan itu bisa menjadi oase cinta dan kesegaran”
21.    “Seorang pemenang adalah seorang yang berhasil menyelesaikan setengah pekerjaannya ketika orang lain sedang terlelap”
22.    The things always happens that you really believe in, and the belief in a thing mak it happen….
23.    You can change all things for the better when you change yourself for the better
24.    “You can’t choose your family but you can choose your friend to be your family
25.    Apa makna angka 9 dari novel ini??
“Sembilan itu adalah angka yang pas untuk melambangkan betapa bernilai dan dan berharganya sesuatu. Angka itu berada di atas rata-rata, tapi masih menyisakan satu ruang untuk terus mencapai kesempurnaan. Angka 9 masih akan terus mencapai perbaikan diri untuk menjadi 10. Itu yang akan membuatnya terus bergerak, melakukan hal yang lebih baik dari waktu ke waktu… Dari bentuknya, angka 9 lebih menawan. Kalau diperhatikan angka 8 itu membuat dua bulatan yang tertutup. Sementara angka 9, bagian atasnya membentuk sebuah lingkaran yang berarti ruang pribadi bagi setiap orang, Seperti sebuah tempat untuk menyimpan keyakinan yang tidak akan terganggu. Sementara buntut di bawahnya adalah ruang terbuka, tempat orang itu bisa terus mengasah dirinya untuk menerima wawasan dan pengetahuan baru, serta akhirnya membuat dirinya terus menerus termotivasi untuk bisa lebih baik lagi. Dan, sembilan itu adalah niali buat seseorang yang terus membawa impiannya dengan semangat matahari”
26.    Dan, kenapa harus “matahari”??
“Matahari itu nggak akan bergeser kalau bulan dan bintang belum muncul. Matahari yang akan terus menerus memberi energi, kehangatan, dan cahaya buat alam semesta. Kadang dia dicaci kalau bersinar terlalu terik, kadang dia juga diprotes kalau tampak sayu dan sedikit bermalas-malasan. Tapi….nggak peduli apa pun itu, matahari selalu muncul setiap hari dengan segala yang dia punya. Dia juga harus berbagi peran dengan bulan dan bintang. Tapi bukan berarti matahari itu berhenti bersinar, justru dia lagi bersinar hangat di belahan bumi yang lain. Matahari yang mengajarkan banyak pada kita untuk terus berbagi. Supaya kita benar-benar tahu peran kita dan bisa merasakan jiwa kita hidup…”

Sebuah karya yang sangat luar biasa memberikan motivasi baik untuk pendidikan maupun motivasi untuk menjalani kehidupan ini…
Banyak kata-kata penyemangat yang semakin meningkatkan gairah semangat dalam diri…
Semoga dapat bermanfaat untuk kita semua…
Ada satu pepatah yang mengatakam “ketika kita punya satu alasan untuk mengeluh, maka kita punya ribuan alasan untuk slalu bersyukur”
^___^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar