Senin, 23 Februari 2015

H.A.T.I

Hati…
Kenapa Allah menciptakan manusia dengan memiliki hati?
Kenapa Allah menciptakan manusia dengan hati yang berbeda-beda?
Ada yang memiliki hati yang kuat, lembut dan juga rapuh.
Hati yang tak terlihat oleh mata manusia tapi dapat dirasakan.
Hati yang selalu terkoneksi dengan pikiran dan fisik setiap manusia.
Jika hati selalu terjaga dan bersih maka akan membuat pikiran juga selalu positif dan fisik pun akan jadi sehat.
Tapi jika hati terkotori oleh penyakit hati maka akan membuat pikiran menjadi negatif dan akan berpengaruh buruk pada keadaan fisik.

Dan aku baru tahu itu atau mungkin lebih tepatnya baru merasakannya. Kira-kira beberapa bulan yang lalu entah bermula dari apa aku merasa ada yang aneh dengan diriku, padahal sebenarnya itu mungkin hal yang normal tapi entah kenapa aku menganggapnya terlalu berlebihan. Sampai akhirnya aku merasakan sakit kepala yang tak kunjung sembuh sampai lebih dari 1 minggu. Walaupun rasa sakit itu sebenarnya tidak cukup menganggu, tapi karena hati ini yang kotor yang pada akhirnya membuat otak menjadi berpikir negatif, jadi berpikir segala kemungkinan yang buruk. Mungkin Allah sedang menguji hatiku, entah mengapa saat aku bertanya-tanya akan penyebab rasa sakit kepalaku ini aku sering sekali dengan tidak sengaja menemukan artikel kesehatan yang menjelaskan tentang penyakit yang ciri-cirinya adalah sakit kepala.

ITP (Idiophatic Trombocytopenic Purpura)

ITP (Idiophatic Trombocytopenic Purpura), apa itu??
Penyakit yang sama sekali aku belum pernah tahu, bahkan mendengar ada yang cerita saja belum pernah. Tapi ternyata tubuhku sempat mengidap penyakit ini. Penyakit yang tanda2nya sangat umum sekali, bahkan aku masih terlihat seperti orang sehat, tapi sebenarnya ada ketidakberesan di organ dalam tubuhku.

Ketidakberesan itu berawal dari tanggal 23 Mei 2014..
Saat itu aku baru pulang dari ngajar les, aku ke kamar mandi, trus aku tiba2 lihat di kakiku ada bintik merah seperti pembuluh darah pecah. Ku tekan2 tidak ada rasa sakit. Aku tanya pada mamaku, katanya tidak apa2, ya sudah aku tenang saja saat itu. Esok harinya, tiba-tiba gusiku berdarah dan tidak bisa berhenti, tidak seperti biasanya ketika aku sikat gigi gusiku memang slalu berdarah tapi pasti langsung berhenti. Pendarahan masih terus berlanjut sampai keesokan harinya dan bintik merah di kulit pun bertambah lagi di tangan. Tapi aku tetap tenang karena memang aku merasa fisikku masih kuat. Aku mencoba cari2 info di internet tentang penyebab gusi berdarah, kebanyakan mengatakan penyebabnya adalah karang gigi. Tapi ada satu artikel yang menyebutkan tentang penyakit itu, tapi waktu itu aku hanya baca judulnya saja dan tidak membaca seluruh isinya.

Karena aku berpikiran penyebabnya karang gigi, hari Senin tanggal 26 Mei aku pergi ke dokter gigi. Sama pak dokter karang gigiku dibersihkan, tapi ternyata tidak menyelesaikan masalah, malah pendarahannnya semakin banyak. Sebenarnya aku takut, tapi gak tau kenapa aku masih saja bisa tenang karena aku merasa masih kuat2 saja. Esok harinya aku ngajar les dari pagi sampai siang di daerah Sawojajar tanpa sarapan pagi, trus langsung menuju ke rumah mbak di daerah Dieng. Di rumah mbak aku malah makan bakso dan mie pedas di saat perut kosong, tapi semua rasanya baik2 saja. Esok paginya bintik merah di kulitku semakin banyak, aku mulai khawatir sama keadaanku. Akhirnya aku periksa ke dokter umum. Ketika diperiksa bintik2ku beliau mendiagnosa kalau itu hanya alergi. Saat aku tanya apa ada hubungannya dengan gusi berdarah, lalu beliau tanya balik apakah aku demam tapi aku tidak demam, jadi beliau dengan mudahnya mengatakan kalau tidak ada hubungannya. Ya sudah aku cuma diberi obat alergi saja. Sepulang dari dokter aku masih berangkat ngajar les dan semua masih baik2 saja. Sepulangnya ngajar ternyata bintik merah tiba2 muncul lagi di leher dan ada memar di lengan dan kaki yang ketika ditekan juga sama sekali tidak sakit. Aku semakin bingung sebenarnya aku ini sakit apa.

Besoknya tanggal 29 Mei kebetulan hari libur, hari itu aku ada janji ketemuan dengan teman kuliahku. Sebelum berangkat aku ngrasa kurang enak badan, jadi aku tidur dulu sebentar. Bangun tidur rasanya sudah lebih baik dan aku pun berangkat ke tempat janjian sama teman2. Sampai di sana semua baik2 saja. Waktu itu kami berpindah ke tempat lain dan ketika di angkot tiba2 perasaanku mulai nggak enak, tiba2 jantungku rasanya gak enak. Ketika sampai di tempat makan perasaanku semakin tidak tenang, saat makan pun tidak tenang, sampai akhirnya ketika selesai makan aku ke kamar mandi dan aku merasa pusing dan jantungku berdetak kencang. Teman2ku jadi bingung semua lihat kondisiku. Udah temen2ku gak ada yang bawa motor, jadinya aku harus minta jemput. Orang tuaku kebetulan sedang liburan sama tetanggaku, sedangkan adekku masih masuk kerja, akhirnya aku minta jemput kakak iparku. Sesampainya di rumah kakakku, aku langsung tidur di kamarnya dan dibuatin jamu, tapi tetap saja jantung ini masih belum tenang. Aku sholat ashar dan magrib, lalu aku baca Al-Quran, Alhamdulillah rasanya sudah lebih tenang. Lalu aku dijemput sama orangtuaku, dan diajak mampir makan dulu. Sesampainya di rumah rasanya badan ini capek semua, lalu aku minta dipijatin sama mamaku. Sampe jam 12 malam, aku masih juga belum bisa tidur, hadap kanan hadap kiri, rasanya susah sekali buat tidur, hingga akhirnya jam 1 aku baru bisa tidur.

Rabu, 17 September 2014

PUPUS

Aku tak mengerti
apa yang kurasa
rindu yang tak pernah
begitu hebatnya
* aku mencintaimu
lebih dari yang kau tahu
meski kau takkan pernah tahu
aku persembahkan
hidupku untukmu
telah ku relakan
hatiku padamu
namun kau masih bisu
diam seribu bahasa
dan hati kecilku bicara
baru kusadari
cintaku bertepuk sebelah tangan
kau buat remuk sluruh hatiku
semoga aku akan memahami
sisi hatimu yang beku
semoga akan datang keajaiban
hingga akhirnya kaupun mau

Kutipan di atas adalah lirik lagu Pupus dari Dewa. Gak tahu kenapa tiba2 ndengerin lagu ini di TV. Tiba2 aku merasa sepertinya sesuai dengan apa yang aku rasakan selama ini. Entah apakah itu memang benar ataukah hanya aku saja yang terlalu terbawa perasaan, tapi aku berharap itu hanyalah perasaanku saja. Sepertinya sudah cukup aku merasakan cinta bertepuk sebelah tangan selama ini. Mungkin sekarang hanya sedang dalam proses menyesuaikan diri saja. Berusaha terus berpikiran positif dan berusaha untuk selalu tersenyum walau keadaan sesakit apapun yang kurasakan. Karena dari tulisan yang pernah kubaca, "janganlah mencari yang sempurna, tapi cintailah dengan sempurna". Tentunya cinta yang sempurna adalah cinta karena Allah dan cinta yang tidak melebihi cinta kita kepada Allah....
Semoga semua akan baik2 saja sampai saat itu tiba. Semoga diri ini bisa membiasakan diri dengan watak dan sifatnya. Semoga ini kesedihan yang terakhir dan selanjutnya hanya kebahagiaan yang akan kurasakan. Aamiin... ^_^

Rabu, 10 September 2014

Bulan Terbelah di Langit Amerika


Buku ini adalah buku karya Hanum Salsabiela Rais dan suaminya Rangga Almahendra yang merupakan kelanjutan dari bukunya yang berjudul 99 Cahaya di Langit Eropa. Buku ini menceritakan tentang perjalanan keduanya di Amerika. Hanum harus mencari liputan untuk membuat artikel luar biasa yang akan diterbitkan di koran tempat dia bekerja yang terancam ditutup. Dia harus menulis artikel yang berjudul “Akankah dunia lebih baik tanpa Islam?”. Awalnya dia menolak tawaran itu, karena dia tidak ingin mengkhianati keyakinannya sendiri. Tapi tiba2 dia berubah pikiran, dia tidak ingin tawaran itu diambil orang lain yang pada akhirnya membuat jawaban dari pertanyaan itu menjadi “iya”, dia ingin agar jawaban dari pertanyaan itu adalah “tidak”. Akhirnya dia putuskan untuk mengambil tawaran itu dan dia putuskan berangkat ke Amerika untuk bertemu dengan para narasumber yang merupakan keluarga korban peristiwa 11 September. Sedangkan Rangga harus mempresentasikan penelitiannya di salah satu konferensi dan dia juga dimintai tolong profesornya untuk bisa meyakinkan seorang filantropi Philipus Brown yang juga hadir dalam konferensi itu untuk bisa memberikan seminar di kampus Rangga.

Tapi sayangnya tujuan Hanum dan Rangga berbeda. Hanum harus meliput di New York sedangkan Rangga harus mengikuti konferensi di Washington DC. Mereka hanya punya waktu singkat di Amerika. Hanum sangat fokus untuk menyelesaikan liputannya sedangkan Rangga ingin perjalanannya ke Amerika juga menjadi liburan untuk mereka berdua. Karena itulah menyebabkan Hanum belum juga bisa menemukan narasumber yang dicarinya setelah 2 hari disana. Hanum marah pada Rangga dan akhirnya Hanum memutuskan untuk mencari narasumbernya sendiri dan berjanji akan bertemu dengan Rangga lagi di stasiun menuju Washington DC. Tapi sepertinya ujian dari Tuhan menimpa mereka. Hanum meliput demonstrasi tiap 11 September yang menentang berdirinya Masjid Ground Zero yang berdekatan dengan lokasi kejadian WTC. Hanum berusaha mewawancarai pemimpin rombongan demonstran itu yang bernama Jones tapi tiba2 demonstrasi menjadi ricuh dan dia terjebak dalam pusaran demonstrasi. Dia terjatuh, tersiram alkohol dan handphonenya pun terjatuh dan hancur. Dia bingung bagaimana harus menghubungi Rangga. Pun juga dengan Rangga yang kebingungan karena tak bisa menghubungi istrinya.

Di tengah kondisi Hanum yang sangat memprihatinkan dia berusaha menuju Masjid Ground Zero untuk bisa sekedar beristirahat. Ternyata di masjid itulah dia bertemu dan ditolong oleh seorang perempuan yang bernama Julia Collins yang ternyata adalah petugas museum yang sebelumnya dia temui untuk menanyakan letak masjid itu. Akhirnya Julia Collins inilah yang membantunya dan mengajaknya untuk menginap di rumahnya. Julia ini adalah seorang muallaf yang harus menyembunyikan identitas muslimnya setelah kejadian 11 September itu, bahkan kepada ibunya sekalipun.

Selama menginap di rumahnya Julia banyak bercerita tentang suaminya yang merupakan korban 11 September. Julia juga banyak bercerita tentang sejarah Amerika dan peninggalan Islam di Amerika. Begitupun Jones yang istrinya juga merupakan korban 11 September juga menjadi narasumber untuk liputan Hanum, tapi Jones dan Julia berbeda posisinya. Tak disangka sebenarnya Julia dan Jones ini adalah narasumber yang direkomendasikan oleh atasan Hanum yang sebelumnya diragukan, tapi justru dari mereka berdua inilah Hanum mendapatkan segala informasi untuk liputannya.

Di sisi lain Rangga yang mendapatkan tugas untuk meyakinkan Philipus Brown, pada awalnya sangat susah sekali. Brown selalu hanya tersenyum saja ketika diajak Rangga. Berkali2 dia menghubungi lewat pesan singkat ataupun lewat surel tapi tak satupun yang dibalas. Dia sudah sangat bingung karena berkali-kali profesornya menelponnya untuk menanyakan apakah dia sudah berhasil meyakinkan Philipus Brown. Akhirnya dia punya ide untuk meyakinkan Philipus Brown untuk yang terakhir kalinya dan ternyata ide itu pun berhasil. Dia mendapatkan 5 free pass dari Brown untuk menghadiri acara CNN TV Heroes dimana Brown akan memberikan pidatonya di acara itu sebagai salah saru kandidat penerima award. Saat itu Rangga meminta Hanum untuk mengajak Julia bersama ibu dan putrinya. Lagi2 ada kejadian tak terduga saat acara itu. Brown bercerita kalau suami Julia adalah pahlawan yang telah menyelamatkan nyawanya dari peristiwa 11 September itu, sedangkan istri Jones adalah rekan kerjanya yang juga diselamatkan oleh suami Julia tapi karena sudah tak tahan dia memutuskan untuk menjatuhkan dirinya dari lantai 50. Brown sangat berhutang budi dengan suami Julia. Jones yang pada awalnya sangat membenci Islam, yang image-nya telah dihancurkan oleh sejumlah oknum, menjadi tersadar dan tak lagi membenci Islam.

Mungkin itu adalah sepenggal kutipan singkat dari novel yang berjudul Bulan Terbelah di Langit Amerika. Novel yang sangat luar bisaa menyentuh. Novel yang memberikan informasi yang bisa membuka pikiran kita dan tidak berat sebelah dalam memandang peristiwa 11 September 2001. Dalam novel ini juga terdapat kutipan2 kata2 indah yang bisa menjad inspirasi dan penyemangat, diantaranya:

KAMU (3)


Kamu…
Lagi2 kamu…
Sudah lama sekali tak menuliskan tentangmu…
Sampai sekarang kamu tetaplah kamu yang dulu, tak ada yang berubah sedikitpun darimu, begitupun perasaan ini padamu…
Tapi satu perkembangan yang sangat kukagumi adalah keberanianmu. Keberanian untuk menemui kedua orangtuaku. Tanpa teman, tanpa saudara kamu datang sendiri untuk berkenalan dengan keluargaku dan meminta ijin mengenalku lebih jauh lagi pada kedua orangtuaku…
Kamu datang di bulan yang mulia, semoga keberkahan selalu dilimpahkan untuk niat besarmu itu…  
Apa yang kamu katakan pada orangtuaku benar2 membuatku tak bisa berkata apa2, hanya rasa bahagia luar biasa yang kurasakan. Dan bukan hanya aku saja, kedua orangtuaku pun juga merasakan hal yang sama dan pastinya kelegaan karena untuk pertama kalinya aku mengenalkan seorang laki2 baik yang punya niat serius denganku…
Semenjak saat itu orangtuaku sering sekali menanyakanmu, jika ada acara apapun selalu teringat kamu dan mungkin mengajakmu. Kalau katamu mungkin begitulah cara orangtuaku mensyukuri dan mengungkapkan kebahagiaannya untukku…
Semenjak hari itu juga aku jadi sering tiba2 menangis, tak tahu kenapa, tapi mungkin itu adalah bentuk rasa haruku atas apa yang kunantikan dan “kuperjuangkan” sejak lama. Dan mungkin kamu juga tidak pernah tahu kalau sebenarnya tiap kali bertemu denganmu dan kamu membicarakan hal yang serius tak tahu kenapa aku selalu ingin menangis. Rasanya cuma ingin mendengarkan apa yang kamu katakan dan tak ingin mengeluarkan sepatah kata pun, karena pasti jika aku bicara air mataku akan jatuh. Kalau kata Iin, itu adalah hal yang wajar. Rasa haru yang kurasakan atas apa yang kurasakan dan “kuperjuangkan” selama ini telah membuahkan hasil.
Sepertinya tidak akan pernah cukup rasa syukur kupanjatkan kepada Allah SWT, atas apa yang selama ini kusimpan dan kurasakan sendiri. Sama sekali tak pernah menyangka akan sampai pada tahap ini. Padahal dulu aku selalu bertanya2, kira2 apakah semua yang kurasakan akan ada akhirnya atau aku akan tetap memendam perasaan itu tanpa ada akhirnya. Atau jika memang ada akhirnya apakah semua akan berakhir bahagia atau malah menyedihkan. Tapi ternyata Allah memberikanku akhir yang tak pernah kusangka, akhir yang sangat indah, akhir yang belum benar2 akhir, akhir yang merupakan awal untuk perjuangan selanjutnya. Perjuangan menuju ridho Allah.
Setiap niat baik pasti akan ada ujian dan cobaannya, begitupun niat baik kita. Tapi justru itulah yang harus kita hadapi dan kita selesaikan bersama. Semoga Allah selalu meridhoi langkah kita hingga kita bisa mewujudkan niat baik kita…Aamiin…

T.E.M.A.N (6)


Teman….ya lagi2 aku menuliskan tentang teman. Tapi kali ini aku tidak ingin bercerita tentang cerita yang sedih, justru aku ingin menceritakan sesuatu yang membahagiakan. Kali ini aku ingin menceritakan 2 orang sahabatku. Mereka itu adalah Iin dan Riska. Mereka ini sangat tahu banyak tentang diriku, karena aku merasa sangat nyaman sekali curhat sama mereka. Kadang aku merasa mereka itu seperti peramal, karena kadang aku belum ngomong mereka udah bisa nebak apa yang kupikirkan. Atau kadang malah tiba2 saja menghubungiku saat aku lagi sedih atau saat aku lagi senang, seakan2 seperti ada ikatan batin antara kita.


Ini adalah Riska. Dia ini adalah temanku dari SMA, tapi kita tak pernah sekelas jadinya kita tidak akrab, hanya sekedar tahu nama masing2. Kita saling kenal mulai saat OSPEK, karena kebetulan kita kuliah di kampus dan jurusan yang sama. Mulai saat itu kita jadi sangat dekat, kemana2 bareng.Sampai S2 pun kami sama2.Jadi mungkin sekitar 5 tahun kita berteman sangat akrab. Hubungan pertemanan kita berdua sebenarnya gak mulus2 aja, kita juga sering salah paham tapi ya Alhamdulillah kita bisa melewati itu semua dan sekarang kita udah baik2 aja. Riska ini sangat buaik banget sama semua temen2nya dan sangat sabar, malah lebih sabar daripada aku. Dia itu paling enak kalo diajak ngobrol dan aku nyaman banget kalo curhat sama dia. Entah itu cerita sedih atau seneng, dia pasti dengan senang hati ndengerin curhatanku. Dia itu pendengar yang baik dan selalu ngasi saran dan nasehat sama aku. Dia juga selalu perhatian sama temen2nya. Dulu hampir setiap hari kita selalu sms-an, gak tau pokoknya selalu ada aja yang kita obrolin. Tapi sekarang saat udah sibuk sendiri2, kita udah jarang banget sms-an. Tapi kalau udah sms-an, pasti asyik banget, dan pasti selalu ada nasehat atau saran yang dia kasi buat aku.


Kalau ini namanya Iin. Aku kenal Iin karena kita kuliah di kampus dan jurusan yang sama, bareng2 Riska juga. Kita berdua sekelas, tapi kita berteman biasa2 aja, gak akrab2 banget.Kita berdua baru bener2 deket itu mulai semester 5 saat aku KKN. Dia sendiri yang menawarkan diri kalau aku bosan di tempat KKN suruh sms dia aja.Sejak saat itu kami jadi deket banget. Aku juga jadi sering banget cerita2 sama dia, cerita segala macam. Dan sama dia inilah pertama kalinya aku cerita tentang masalah pribadi, tentang seseorang yang aku suka. Dia ini juga yang menyadarkanku untuk berubah jadi lebih baik.Dia selalu ngasi aku kritikan yang bagus banget buat aku. Iin ini punya banyak temen dan sangat deket en care banget sama semua temen2nya. Dia juga sangat dewasa, bisa jadi pendengar yang baik dan selalu ngasi aku saran dan nasehat. Tapi sekarang karena dia sudah berkeluarga, aku jadi jarang sms-an kayak dulu, jadi harus tahu waktu kalau sms-an. Kalau pengen cerita biasanya aku langsung ke rumahnya dan biasanya itu bisa sampe berjam-jam.

Kenal mereka berdua itu rasanya sangat senang sekali. Bersyukur banget bisa dipertemukan dengan mereka berdua. Mereka berdua itu rasa2nya sifatnya hampir sama. Sama2 menyenangkan kalau diajak ngobrol, sama2 jadi pendengar yang baik, sama2 baiknya sama temen2nya, sama2 care-nya dan seringnya mereka ini bisa ngasi saran dan nasehat yang sama buat aku, padahal aku cerita ke mereka gak barengan lho…hehe. Walaupun sekarang kita gak lagi bisa ketemu tiap hari, gak lagi bisa cerita2 tiap hari dan gak lagi bisa sms-an tiap waktu, tapi insya Allah aku akan selalu mengingat mereka. Aku sayang banget sama mereka dan sangat berterima kasih karena mereka sudah sangat baik padaku. Semoga Allah selalu menjaga ukhuwah antara kami. Semoga kami bisa berteman terus selama-lamanya, sampai kita masing2 berkeluarga, sampai tua dan bahkan mungkin sampai mati…Aamiin…

16082014



16082014
Tepatnya jatuh pada hari Sabtu dan merupakan satu hari sebelum hari kemerdekaan Indonesia. Hari yang sudah sangat kunanti-nantikan semenjak satu tahun yang lalu. Salah satu hari yang berharga dalam hidupku karena bisa memberikan satu kebanggaan lagi untuk kedua orangtua. Hari ini adalah hari dimana aku melaksanakan wisuda untuk yang kedua kalinya, wisuda untuk mendapatkan gelar Magister Sains.

Jika dirunut kembali ke belakang mulai dari awal akan mengambil kuliah S2 ini, rasanya sama sekali tidak menyangka bisa melewatinya walaupun banyak hambatan. Jika ingat dulu dapat tawaran beasiswa Fasttrack, benar2 luar biasa aku menolaknya, karena dalam benakku sama sekali tidak ada keinginan untuk S2. Keinginanku setelah lulus kuliah hanyalah bekerja di perusahaan seperti apa yang kucita-citakan. Akhirnya aku mantap untuk menolak beasiswa ini dan dengan ikhlas kuberikan saja pada temanku yang lebih menginginkannya. Tapi apalah daya, sekeras apapun aku menolaknya dan segigih apapun usahaku untuk menggagalkan beasiswa ini, tetap saja namaku tercantum dalam daftar penerima beasiswa di dalam surat keputusan dari DIKTI. Tapi tak dipungkiri rasa galau terus saja membayangi diriku. Curhat ke beberapa teman belum juga dapat solusi, cerita ke orang tua, mereka menyerahkan semuanya padaku walaupun mereka sangat berharap aku bisa menerima beasiswa itu. Sampai akhirnya aku pun curhat kepada kakakku dan jawaban dari kakakku inilah yang akhirnya membuat hatiku luluh untuk bisa menerima beasiswa ini. Sms dari kakakku waktu itu kira2 isinya begini “kalo menurut saranku mendingan kamu ambil saja beasiswa itu. Coba deh kamu pikir di luar sana itu masih banyak orang yang pengen kuliah S2 tapi gak ada biaya, sedangkan kamu beruntung punya kesempatan untuk kuliah S2 masa’ kamu tolak. Toh kalo kamu belajar lagi juga gak ada salahnya, itung2 kamu berjihad di jalan Allah.Soalnya salah satu jihad di jalan Allah itu adalah dengan menuntut ilmu”. Subhanallah benar2 nasehat dari kakakku ini langsung membuatku menangis, merasa seperti orang yang tidak punya rasa syukur. Akhirnya kuputuskan kuambil saja beasiswa ini dengan niat ingin berjihad di jalan Allah dan ingin memberikan kebanggaan bagi orangtua.
Satu tahun menjalani kuliah S2 Alhamdulillah semuanya berjalan lancar, ya walaupun tidak dapat dipungkiri terkadang masih ada hambatan. Semester berikutnya adalah semester terakhir yang harus bisa kuselesaikan tepat dalam waktu 6 bulan, karena jika tidak untuk semester berikutnya aku harus bayar sendiri. Semester terakhir ini dimulai dari bulan Januari 2013. Aku mengawali penelitianku tentang deposisi lapisan tipis dengan sangat bersemangat. Sebulan berlalu, 2 bulan berlalu, 3 bulan berlalu sampailah pada saat dimana aku harus ujian proposal, tapi sama sekali belum ada data yang kudapatkan. Bingung, sumpek, sedih, galau, semuanya campur aduk jadi satu, karena melihat penelitian teman-teman semuanya lancar.Sampai akhirnya bertemulah dengan bu Diah, beliau mengajakku berdiskusi tentang penelitianku. Awal obrolan semua baik-baik saja, tapi tiba-tiba nada bicara beliau mulai meninggi tapi bukan marah padaku. Beliau mencoba membuka pikiranku yang mulai putus asa ini, beliau memberiku semangat dan berjanji membantuku untuk meluruskan pola pikir pembimbingku, rasanya pengen nangis saat itu, tapi gak mungkin karena kita ngobrol saat praktikum KF di ruang asisten kimia fisik. Luar biasa sekali, setelah obrolan itu di rumah kutumpahkan semua air mata, rasanya udah gak bisa ditahan lagi. Tapi dari situ rasanya semangat itu kembali lagi.Alhamdulillah ujian proposal bisa kulalui dengan sangat lancar dalam waktu yang sangat singkat, tidak sampai 1 jam karena semua penguji harus buru-buru.